Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Akhir Hayat Penggali Jasad Pahlawan Revolusi Meninggal karena Stres

Arief Setyadi , Jurnalis-Minggu, 08 Oktober 2023 |07:09 WIB
Akhir Hayat Penggali Jasad Pahlawan Revolusi Meninggal karena Stres
Proses evakuasi jasad para pahlawan revolusi di Lubang Buaya, Jakarta Timur (Foto: Ist)
A
A
A

JAKARTA - Proses pencarian tempat pembuangan tujuh jenderal yang dibunuh Partai Komunis Indonesia (PKI) di Lubang Buaya, Jakarta saat Gerakan 30 September tahun 1965 atau G30S/PKI dibantu masyarakat.

Salah satunya Mahmud. Ia merupakan warga sipil yang membantu Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Dalam video yang diunggah oleh akun Kurator Museum di YouTube menampilkan wawancara Mahmud terhadap pengalaman yang dialaminya usai berhasil menggali sumur tersebut.

Usai menggali dari 3 Oktober 1965 tepatnya di sore hari, sekira pukul setengah 1 malam 4 Oktober dini hari penggalian dihentikan. Sebab, ada salah satu teman Mahmud mengalami pingsan.

“Dia (Suparman) memegang bahwa ada kaki manusia, kemudia dia pingsan,” ujar Mahmud.

Mahmud mengungkapkan, kemungkinan salah satu faktor yang membuat Suparman pingsan karena para penggali tak makan ataupun minum selama bekerja. Suparman, kata Mahfud diangkat ke atas sumur untuk dievakuasi ke sebuah rumah.

Mahmud bersama tujuh kawannnya dibawa ke sebuah rumah sementara penggalian sumur dihentikan. Mereka diinterogasi dan disuruh untuk berisitrahat lantaran waktu sudah masuk dini hari.

“Karena memang pada waktu itu TNI (ABRI) bilang ini kejadian untuk dokumentasi negara harus ada gambar foto dan lainnya,” ujar Mahmud.

Selama rumah tersebut, Mahfud dan temannya memang mendapat penjagaan ABRI. Mahmud mencairkan suasana dengan mengambil sebuah nangka yang ada kemudian dimasak untuk dimakan bersama-sama.

“Nangka kuning dikukus setelah matang dimakan rame-rame dengan ABRI,” ujarnya.

Hingga suatu ketika Mahmud dan temannya diberi makanan oleh ABRI saat menjelang siang. Namun, salah satu dari penggali sumur enggan menyuap makanan tersebut. Namanya Pane. Melihat temannya tak mau makan, Mahmud memaksa agar Pane tetap makan dengan menyuapinnya karena khawatir sakit jika tak makan. Benar saja, beberapa bulan setelah adanya penggalian sumur tempat tujuh pahlawan revolusi dibuang oleh PKI, Pane meninggal dunia lantaran stres.

“Yang setelah pulang (dari menggali Lubang Buaya), dapat beberapa bulan atau gak sampai setahun karena stres yang terus menerus. Itu bang Pane yang meninggal dari rombongan 8 orang,” ujarnya.

Tujuh pahlawan revolusi yang diketahui menjadi korban kebiadaban PKI yakni, Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani; Mayor Jenderal Raden Soeprapto; Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono; Mayor Jenderal Siswondo Parman; Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan; Brigadir Jenderal Sutoyo Siswodiharjo; serta Lettu Pierre Andreas Tendean.

Mereka disiksa, ditembak, kemudian mayatnya dibuang ke sumur tua di Lubang Buaya, Jakarta Timur. Peristiwa pembunuhan para jenderal itu dikenang dengan Gerakan 30 September atau G30S PKI.

(Arief Setyadi )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement