JAKARTA - Pangeran Diponegoro lahir dari seorang ibu bernama Raden Ayu Mangkorowati. Sosoknya dideskripsikan oleh Pangeran Diponegoro sebagai perempuan yang kuat. Namun sang pangeran konon tak pernah menyebut banyak ibunya.
Raden Ayu Mangkorowati disebut Pangeran Diponegoro sebagai perempuan yang sangat cantik. Hubungan kedekatan antara ibu dan anak ini terjalin kembali saat sang pangeran tertangkap pada 14 Oktober 1829. Sang pangeran yang diasingkan, berbagi banyak cerita suka duka dengan sang ibu selama di pengasingan.
Konon ia ditemani oleh sang ibu di pengasingan selama 20 tahun. Hal ini dimulai dari di Manado antara tahun 1830 - 1833 dan kemudian berlanjut di Makassar pada tahun 1833 - 1855. Di penghujung tahun 1849 sang ibu konon nyaris berusia 80 tahun.
Pada saat itu Pangeran Diponegoro menerima surat dari ibunya, sang pangeran berharap agar ibunya dapat bergabung dengannya di pengasingan sebagaimana dikutip dari "Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro 1785 - 1855" dari Peter Carey. Namun sang ibu menolak dan berkata, bahwa la sudah terlalu tua untuk melakukan perjalanan laut ke Makassar.
Alhasil tak berselang lama konon sang ibu meninggal di Yogyakarta pada 7 Oktober 1852, hanya dua tahun lebih sebelum anak laki-lakinya wafat di Makassar pada 8 Januari 1855. Menurut genealogi resmi Keraton Yogyakarta, Diponegoro ternyata adalah anak tunggal hasil hubungannya dengan calon Sultan Hamengku Buwono III.
Seorang kerabat perempuan lain yang mungkin telah ikut membentuk pandangan hidup Diponegoro pada masa mudanya adalah neneknya, Ratu Kedaton, keturunan Panembahan Cakradiningrat II dari Pamekasan, Madura. Pada biografinya, Diponegoro menyebutnya dengan hormat.