JAKARTA - Zhafirah Zahrim Febrina, seorang atlet silat dan mahasiswa Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang, menjadi salah satu korban erupsi Gunung Marapi. Korban sempat viral di media sosial, videonya beredar saat dia meminta tolong kepada ibunya karena terjebak di gunung dan kesulitan bernapas akibat abu vulkanik.
Bagi Zhafirah, mendaki Gunung Marapi tidak hanya merupakan petualangan pertama, tetapi juga menjadi pengalaman yang pahit. Pada perjalanan pertamanya, dia tanpa diduga terperangkap di tengah letusan gunung yang mengakibatkan kondisi darurat.
Ketika video Zhafirah mencuat ke publik, banyak masyarakat bereaksi dengan simpati dan keprihatinan. Banyak yang terkejut mengetahui bahwa Zhafirah adalah pendaki pemula yang sedang menjalani pengalaman pertamanya dan menjadi viral di media sosial setelah beberapa foto dan pesan terakhirnya tersebar luas.
Zhafirah berhasil dievakuasi dan mengalami luka bakar. Saat ini sedang mendapatkan perawatan lebih lanjut. Kisah Zhafirah, korban erupsi Gunung Merapi yang viral karena menjadi pendaki pemula, memberikan kita banyak pelajaran berharga. Dari peristiwa ini, kita diingatkan akan pentingnya persiapan dan kesadaran akan risiko ketika hendak mendaki gunung.
Diketahui, seluruh pendaki gunung yang menjadi korban erupsi Gunung Merapi di Sumatera Barat telah ditemukan. Total ada 75 pendaki dengan rincian 52 selamat dan 23 meninggal dunia.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten, Agam Ichwan Pratama Danda mengatakan pendaki terakhir dalam keadaan meninggal dan telah teridentifikasi terakhir ditemukan pada Rabu, (6/12).
Rencananya, operasi pencarian korban erupsi merapi akan ditutup karena semua pendaki telah ditemukan.
"Semua korban sudah ditemukan, terakhir satu orang meninggal dunia. Dengan begitu untuk pencarian dan pertolongan yang dikomandoi rekan Basarnas, sesuai hasil rapat evaluasi tadi dan sudah ditemukan, operasi SAR kita tutup," ujar Ichwan, Kamis, (7/12/2023).
Meski begitu, BPBD Kabupaten Agam akan tetap mengaktifkan posko tanggap darurat. Menurut Ichwan, pembukaan posko tersebut bertujuan agar apabila ada pihak yang masih mencari anggota keluarganya dapat berkoordinasi lebih lanjut di posko tersebut.
"Tapi untuk BPBD, posko tanggap darurat masih akan kita aktifkan dalam situasi darurat ini, karena mana tahu ada keluarga yang mencari anggota keluarganya maka bisa mencari ke sini (posko) dengan membawa data valid dan kami lebih sarankan apabila ada yang mencari untuk datang ke posko karena kalau lewat telepon rawan miskomunikasi," tambahnya.
Sementara itu, pihak BPBD juga direncanakan akan berkoordinasi dengan lintas instansi mulai dari instansi yang menangani sektor pertanian, kehutanan, hingga kesehatan guna menangani dampak lanjutan dari erupsi Gunung Marapi ini.
Ia juga memberikan imbauan kepada masyarakat di sekitar Gunung Marapi untuk tidak melakukan aktivitas apapun dalam radius 3 km dari puncak. Selain itu, masyarakat yang berada di 4 kecamatan terdekat untuk mengurangi aktivitas di luar rumah dan memakai masker ketika beraktivitas di luar ruangan.
(Fahmi Firdaus )