MINGGU, 3 Desember 2023, sekira pukul 14.54 WIB, Gunung Marapi meletus. Letusannya pun begitu dahsyat, suara dentumannya pun sangat keras hingga terdengar ke kabupaten kota yang berjarak puluhan kilometer dari puncak gunung.
Pos Pengamat Gunung Api Marapi mencatat, ketinggian erupsi lebih dari tiga ribu meter (3 Km) dengan durasi letusan lebih dari empat menit. Gunung berketinggian 2.891 meter di atas permukaan laut itu saat ini berapa di level dua atau waspada dengan rekomendasi pengunjung atau wisatawan tidak diperbolehkan mendaki Marapi pada radius 3 km dari kawah di puncak gunung.
Gunung yang terletak di dua wilayah, yakni Kabupaten Agam dan Kabupaten tanah Datar, Sumatera Barat, membuat warga kalang kabut di akhir pekan tersebut. Sejumlah warga Kenagarian Koto Tangah, Kecamatan Tilatang Kamang, Kabupaten Agam mengaku mendengar suara dentuman seperti dari langit dan seperti gempa, api rumah dan tanah tak bergetar.
“Bunyinya seperti gluduk-gluduk gitu di langit, tadinya menyangka itu gempa,” kata Esi, warga Mato Aia.
Tak hanya itu, letusan Gunung Marapi juga memicu hujan abu vulkanik, batu dan pasir di daerah kaki gunung. Adapun wilayah yang terdampak hujan abu vulkanik mencakup empat wilayah kecamatan, yakni Canduang, Sungai Pua, Ampek-Ampek dan Malalak.
Kemudian wilayah yang dilaporkan terdampak hujan abu disertai batu terjadi di kecamatan Banuhampu, Tilatang Kamang, Baso, Tanjung Raya, Lubuk Basung, IV Koto, Matur, Tanjung Mutiara, Palembayan dan Kamang Magek.
Dikutip dari laman Instagram resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), salah satu penyakit yang menyerang pernapasan akibat erupsi gunung berapi adalah Pneumoultramicroscopicsilicovolcanoconiosis biasa disebut dengan Pneumokoniosis atau P45 (radang paru akut atau pneumonia).
IDAI menjelaskan, abu vulkanik dapat tetap berada di sekitar area selama beberapa hari setelah letusan gunung terjadi. Abu vulkanik akibat letusan gunung api ini akan terus berada di udara dalam jangka waktu yang lama. Oleh sebab itu selalu perhatikan masalah pernapasan setelah terhirup abu vulkanik. IDAI memperingatkan, selama 24-48 jam gejala P45 dapat muncul setelah terhirup abu vulkanik.
Terjebak di Gunung Marapi saat Erupsi, 24 Pendaki Tewas
Sebanyak 75 pendaki dilaporkan terjebak saat erupsi Gunung Marapi Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) yang terjadi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan, 24 orang ditemukan meninggal dunia, 11 korban luka-luka menjalani perawatan di rumah sakit, sementara 40 orang telah dievakuasi dan kembali ke rumah masing-masing.
BNPB bersama BPBD Kabupaten Tanah Datar terus berkoordinasi dengan lintas instansi terkait guna memonitor perkembangan di lapangan, termasuk melakukan tindakan cepat apabila kembali terjadi aktivitas vulkanik susulan.
Di samping itu, BPBD Kabupaten Agam dan Tanah Datar juga terus memberikan imbauan kepada masyarakat, wisatawan dan pendaki untuk terus mengenakan masker, menyusul terjadinya abu vulkanik yang ditimbulkan atas erupsi Gunung Marapi.
Rumah Sakit Achmad Mochtar (RSAM) Bukittinggi menjadi rumah sakit rujukan dan pusat operasi identifikasi yang dilakukan oleh Tim Disaster Victim Identification (DVI).
Kepala Bidang (Kabid) Kedokteran dan Kesehatan (Dokkes) Kepolisian Daerah (Polda) Sumatera Barat (Sumbar), Kombes drg Lisda Cancer mengatakan ada tujuh orang (Tim DVI) dari Polda (Sumbar). Tim dari Dokkes Polda juga sudah turun, (kemudian Tim Dokkes dari Polres) Padang Panjang, Agam, Bukittinggi dan Tanah Datar.
Direktur RSAM Bukittinggi, drg Busril mengatakan, satu pasien korban terdampak erupsi Gunung Marapi mengalami luka bakar 45%.
"Kemudian (pasien) yang kedua (mengalami luka bakar) lima persen, kemudian pasien ketiga, pasien yang jatuh, jadi ada tiga pasien," kata Busril kepada awak media.
Kisah Para Pendaki Gunung Marapi
Korban tewas akibat erupsi Gunung Marapi, terdapat seorang ibu dan anak yang jenazahnya berhasil dievakuasi dan teridentifikasi. Kedua korban merupakan warga Lubuk Minturun, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang.
Momen terakhir ibu dan anak ini di Puncak Marapi sempat viral setelah videonya beredar di media sosial dan membuat haru. Korban adalah Novita Intan Sari dan anaknya Wahlul Alde Putra (19). Keduanya dinyatakan meninggal dunia dan jenazahnya telah dibawa ke Kota Padang.
Sebelum terjebak dalam erupsi, Novita sempat berbagi momen pendakiannya melalui live Facebook, ia terlihat bersama dua pendaki perempuan, yaitu Yasirli Amri dan Zhafira Zahrim Febrina. Yasirli juga menjadi salah satu korban meninggal, sedangkan Zhafira berhasil selamat namun mengalami luka serius.
Zhafirah Zahrim Febrina, mahasiswa Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang, menjadi salah satu korban erupsi Gunung Marapi. Korban sempat viral di media sosial, videonya beredar saat dia meminta tolong kepada ibunya karena terjebak di gunung dan kesulitan bernapas akibat abu vulkanik.
Bagi Zhafirah, mendaki Gunung Marapi tidak hanya merupakan petualangan pertama, tetapi juga menjadi pengalaman yang pahit. Pada perjalanan pertamanya, dia tanpa diduga terperangkap di tengah letusan gunung yang mengakibatkan kondisi darurat.
Ketika video Zhafirah mencuat ke publik, banyak masyarakat bereaksi dengan simpati dan keprihatinan. Banyak yang terkejut mengetahui bahwa Zhafirah adalah pendaki pemula yang sedang menjalani pengalaman pertamanya dan menjadi viral di media sosial setelah beberapa foto dan pesan terakhirnya tersebar luas.
Selain itu, ada sosok Frengki Candra Kusuma (23). Frengki merupakan mahasiswa Universitas Negeri Padang, sosoknya dikenal sebagai pribadi yang baik dan tidak banyak tingkah. Nama Frengki viral di sosial media disebutkan bahwasanya jenazah Frengki mengeluarkan bau harum saat dievakuasi Tim SAR.
Dilansir dari Channel Youtube Miftah’s TV, Selasa (12/12/2023), terdapat pernyataan dari salah seorang teman terdekat Frengki, Desi Andriani (23) teman satu jurusan Frengki sejak menjadi mahasiswa baru Universitas Negeri Padang.
“Kalau tubuh Frengki mengeluarkan aroma sangat wangi itu memang benar. Saya dan teman-teman yang lain juga merasakan hal itu. Aromanya itu belum pernah saya rasakan sebelumnya,” ucap Desi.
Desi juga menjelaskan, hingga setelah jenazah Frengki dimandikan aroma wangi tersebut masih tercium dan melekat ditubuh almarhum. Desi rasa hal tersebut merupakan mukjizat dari Tuhan atas amal baik yang telah dilakukan Frengki semasa hidupnya.
Lalu, ada Muhammad Adan. Pria yang berstatus sebagai mahasiswa di Universitas Islam Riau tersebut justru memilih menyelamatkan tiga nyawa rekannya dibandingkan nyawanya sendiri. Adan mendaki Gunung Marapi beserta ketiga temannya yakni Nazatra Adzin Mufadhal, Ilham Nanda Bintang,serta Aditya Sukirno Putra.
Menurut penuturan keluarga korban, Adan awalnya pamit akan pergi ke Padang. Namun, niat tersebut ia urungkan dan memilih untuk mendaki bersama kawan-kawannya. Nahas, Adan justru terjebak erupsi Gunung Marapi. Diceritakan oleh Sudirman selaku paman korban, saat terjadi erupsi, Adan berusaha menyelamatkan ketiga temannya yang nyaris jatuh ke dalam jurang. Padahal, pada saat itu kaki Adan sudah dalam kondisi patah.
Sejumlah Pejabat Turut Berdukacita
Calon Presiden (Capres) nomor urut 3, Ganjar Pranowo mengajak masyarakat Indonesia membantu korban terdampak erupsi Gunung Marapi, Sumatera Barat.
"Selagi kita punya kemampuan, mari kita bantu warga yang ada di Marapi," kata Ganjar saat ditemui di Donggala, Sulawesi Tengah.
Ganjar menyinggung pengalaman gotong royong warga dalam membantu bencana alam seperti erupsi di Gunung Semeru, Merapi hingga Sinabung.
"Teman-teman, ini juga bisa kita gerakkan, maka ketika satu daerah atau bencana maka seluruh warga bangsa wajib hukumnya membantu," tutur Ganjar.
Lalu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno prihatin dengan korban tewas meletusnya Gunung Marapi di Sumatera Barat yang menewaskan 24 pendaki.
“Kami prihatin dan berbelasungkawa yang mendalam kepada korban dan keluarganya. Kami harapkan bantuan dari penanganan bencana ini bisa diutamakan diberikan prioritas,” ujar Sandiaga.
Himbauan kepada Masyarakat Sekitar Gunung Marapi
Sebagaimana yang dijelaskan terkait status Gunungapi Marapi yang berada di level II atau ‘waspada’, maka direkomendasikan kepada masyarakat di sekitar Marapi dan pengunjung/wisatawan/pendaki untuk tidak memasuki dan dilarang melakukan kegiatan di dalam wilayah radius 3 km dari pusat aktivitas (Kawah Verbeek).
Dan masyarakat yang bermukim di sekitar lembah/aliran/bantaran sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Marapi agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi terutama di saat musim hujan.
Demi mencegah dan menghindari gangguan pernapasan (ISPA) maupun gangguan kesehatan lainnya yang disebabkan oleh abu vulkanik maka masyarakat yang berada di sekitar Gunung Marapi agar menggunakan masker pelindung mulut dan hidung serta perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit. Selain itu jika terjadi hujan abu agar mengamankan sarana air bersih serta membersihkan atap rumah dari abu vulkanik yang tebal agar tidak roboh.
Di samping itu, masyarakat yang ada di sekitar Gunung Marapi dan seluruh pihak agar menjaga kondusivitas suasana di masyarakat, tidak menyebarkan narasi bohong (hoax), dan tidak terpancing isu-isu yang tidak jelas sumbernya. Masyarakat harap selalu mengikuti arahan dari Pemerintah Daerah.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Agam mencatat ada 173.334 jiwa warga yang tinggal di sekitaran Gunung Marapi tersebut.
“Ada 173.334 jiwa dan 50.257 kepala keluarga yang tinggal di sekitar Gunung Marapi. Mereka tersebar di lima kecamatan terdiri dari 30 nagari (desa),” kata Kepala Pelaksana BPBD Agam, Bambang Warsito.
Lima kecamatan tersebut adalah Kecamatan Sungaipua sebanyak 27.127 jiwa, 7.443 kepala keluarga, Kecamatan Canduang 25.679 jiwa 7.596 kepala keluarga. Kemudian Kecamatan Banuhampu 38.431 jiwa,10.869 kepala keluarga,Kecamatan Baso 37.099 jiwa dengan 11.351 kepada keluarga dan Kecamatan Ampek Angkek 44.998 jiwa dengan 12.998 kepala keluarga.
Guna mengantisipasi korban jiwa, kata Bambang, Bupati Agsam juga telah mengeluarkan surat edaran Nomor 360/20/BPBD-AG/I/2023 tentang Imbauan Untuk Meningkatkan Kewaspadaan Bagi Masyarakat yang Berada di Kawasan Gunung Api Marapi.
Gunung Marapi Kembali Meletus
Gunung Marapi, kembali mengalami erupsi dengan asap letusan cukup besar teramati dengan jelas dari beberapa daerah di Kabupaten Agam. Erupsi terjadi pada Jumat 22 Desember 2023, sekira pukul 12.19 WIB.
"Letusannya jelas terlihat dari daerah Sungai Puar. Kami mendengar suara letusan yang tidak terlalu besar namun asap membumbung tinggi jelas terlihat," kata seorang warga, Ningsih (35) di Kabupaten Agam.
Menurutnya letusan gunung tersebut bertepatan dengan waktu azan Sholat Jumat, tidak biasanya Gunung Marapi selalu berasap dengan waktu lama.
Sementara seorang warga lainnya, Ismet (40) berharap letusan gunung tersebut tidak berdampak parah. "Semoga semua kembali baik-baik saja," katanya.
Letusan kali ini menjadi letusan hari ke-20 setelah erupsi pertama kali pada Minggu (3/12/2023) lalu yang mengakibatkan 24 korban tewas dari kalangan para pendaki yang terjebak saat Marapi erupsi.
Sementara itu, petugas Pemantau Gunung Api (PGA) Marapi, Teguh dalam keterangan tertulisnya mengungkap tidak bisa memantau ketinggian kolom abu yang tertutup awan dari arah Kota Bukittinggi.
(Awaludin)