Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Mengulik Sejarah Lahirnya Nahdlatul Ulama yang Kini Genap Berusia 101 Tahun

Thomas Pulungan , Jurnalis-Rabu, 31 Januari 2024 |05:02 WIB
Mengulik Sejarah Lahirnya Nahdlatul Ulama yang Kini Genap Berusia 101 Tahun
Nahdlatul Ulama atau NU (Foto: Okezone.com)
A
A
A

HARI ini 101 tahun lalu, Nahdlatul Ulama atau NU resmi berdiri. Ada sejarah panjang di balik terbentuknya NU. Berawal dari grup diskusi para kiai di era sebelum kemerdekaan, NU akhirnya lahir dan terus berkampang sampai jadi organisasi Islam terbesar di Indonesia.

Nahdlatul Ulama artinya adalah kebangkitan ulama. Organisasi ini didirikan di Surabaya pada 31 Januari 1926 Masehi atau bertepatan dengan 16 Rajab 1344 Hijriah oleh sekelompok ulama untuk kepentingan Islam tradisional, terutama sistem kehidupan pesantren.

Lahirnya Nahdlatul Ulama tidak bisa dilepaskan dengan upaya mempertahankan ajaran ahlus sunnah wal jamaah (aswaja) yang bersumber dari Alqur’an, Sunnah, Ijma’ atau keputusan-keputusan para ulama sebelumnya, dan Qiyas (kasus-kasus yang ada dalam cerita Al-Qur’an dan hadits).

Bibit Suprapto dalam bukunya ‘Nahdlatul Ulama: Eksistensi Peran dan Prospeknya’ menulis bahwa lahirnya Jami’iyyah NU didahului dengan beberapa peristiwa penting.

 BACA JUGA:

"Pertama adalah berdirinya grup diskusi di Surabaya pada tahun 1914 dengan nama Taswirul Afkar yang dipimpin KH Wahab Hasbullah dan KH Mas Mansyur,” tulisnya.

Masykur Hasyim dalam artikel ‘Merakit Negeri Berserakan’ menyebutkan bahwa NU lahir sebagai reprensentatif dari ulama tradisionalis, dengan haluan ideologi ahlus sunnah waljamaah. Tokoh-tokoh yang ikut berperan di antaranya KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hasbullah, dan para ulama pada masa itu.

Mengutip dari Sindonews, sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama berkaitan erat dengan perkembangan pemikiran keagamaan dan politik dunia Islam kala itu.

Pada tahun 1924 di Arab sedang terjadi arus pembaharuan untuk memurnikan ajaran Islam. Raja Hijaz atau Makkah, Syarif Husein berhasil dikalahkan oleh pasukan Abdul Aziz bin Saud yang kemudian membentuk negara Islam Arab Saudi di mana Makkah dan Madinah jadi bagian dari kerajaannya.

Dikutip dari nu.or.id, sebelum Nahdlatul Ulama dibentuk KH Hasyim Asyari terlebih dahulu melakukan sholat istikharah untuk meminta petunjuk kepada Allah SWT. Sikap bijaksana dan kehati-hatian KH Hasyim Asyari dalam menyambut permintaan KH Wahab Hasbullah juga dilandasi oleh berbagai hal. Di antaranya posisi KH Hasyim Asyari saat itu lebih dikenal sebagai Bapak Umat Islam Indonesia (Jawa).

 BACA JUGA:

KH Hasyim Asyari juga menjadi tempat meminta nasihat bagi para tokoh pergerakan nasional. Peran kebangsaan yang luas dari KH Hasyim Asyari itu membuat ide untuk mendirikan sebuah organisasi harus dikaji secara mendalam.

Hasil dari istikharah KH Hasyim Asy’ari dikisahkan oleh KH As’ad Syamsul Arifin. KH As’ad mengungkapkan, petunjuk hasil dari istikharah KH Hasyim Asy’ari justru tidak jatuh di tangannya untuk mengambil keputusan, melainkan diterima oleh KH Cholil Bangkalan, yang juga guru KH Hasyim Asyari dan KH Wahab Hasbullah.

Dari petunjuk tersebut, KH As’ad yang ketika itu menjadi santri KH Cholil berperan sebagai mediator antara KH Cholil dan KH Hasyim Asyari.

Ada dua petunjuk yang harus dilaksanakan oleh KH As’ad sebagai penghubung atau washilah untuk menyampaikan amanah KH Cholil kepada KH Hasyim Asyari. Dari proses lahir dan batin yang cukup panjang tersebut menggambarkan bahwa lika-liku lahirnya Nahdlatul Ulama tidak banyak bertumpu pada perangkat formal sebagaimana lazimnya pembentukan organisasi.

Nahdlatul Ulama lahir berdasarkan petunjuk Allah SWT. Terlihat di sini, fungsi ide dan gagasan tidak terlihat mendominasi. Faktor penentu adalah konfirmasi kepada Allah SWT melalui ikhtiar lahir dan batin. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa berdirinya Nahdlatul Ulama merupakan rangkaian panjang dari sejumlah perjuangan.

 BACA JUGA:

Berdirinya Nahdlatul Ulama merupakan respons dari berbagai problem keagamaan, peneguhan mazhab, serta alasan-alasan kebangsaan dan sosial-masyarakat. Digawangi oleh KH Abdul Wahab, sebelumnya para kiai pesantren telah mendirikan organisasi pergerakan Nahdlatul Wathon atau Kebangkitan Tanah Air pada 1916 serta Nahdlatut Tujjar atau Kebangkitan Saudagar pada 1918.

Dengan kata lain, Nahdlatul Ulama adalah lanjutan dari komunitas dan organisasi-organisasi yang telah berdiri sebelumnya, namun dengan cakupan dan segmen yang lebih luas. Komite Hijaz embrio lahirnya Nahdlatul Ulama juga berangkat dari sejarah pembentukan Komite Hijaz.

KH Wahab Hasbullah Berkhidmah untuk NU

Rektor Unisnu Jepara H Sa'dullah Assa'idi dalam sebuah tulisannya menyebutkan, cikal bakal berdirinya Nahdlatul Ulama tak lepas dari seorang pemuda 26 tahun kelahiran Tambakberas, Jombang.

Dia adalah KH Abdul Wahab Hasbullah. Pada tahun 1914 Masehi, saat kaum Muslimin mulai merasa kurang dinamis, terutama di bidang sosial kemasyarakatan-agama, dan kurang berorganisasi, KH Wahab Hasbullah pulang ke Indonesia setelah lama belajar di Makkah.

KH Abdul Wahab yang bertempat tinggal di rumah mertuanya, Haji Musa, di kampung Kertopaten, Surabaya, mulai bermasyarakat mendirikan semacam discussion group yang diberi nama Tashwirul Afkar.

Pada mulanya kursus debat ini bertempat di Langgar Haji Musa Kertopaten, kemudian pindah ke Ampel, tepatnya di Lawang Agung Ampel, Surabaya. KH Wahab Hasbullah berkenalan dengan KH Mansur, yang juga baru pulang belajar dari Mesir, dan berdomisili di kampung Sawahan, Surabaya.

Dari perkenalannya, dua tokoh muda ini sepakat membuat organisasi yang tujuannya untuk meningkatkan mutu madrasah-madrasah sebagai sarana pendidikan dan pengajaran Islam. Maka dilahirkanlah organisasi bernama Jam'iyyah Nahdlatul Wathan, yang kemudian mendapatkan legal-formal (rechtspersoon) pada tahun 1916 M.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement