Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Pemindahan Palangka Sriman Sriwacana, Batu Keramat yang Bikin Kerajaan Pajajaran Tamat

Avirista Midaada , Jurnalis-Selasa, 28 Mei 2024 |10:43 WIB
 Pemindahan Palangka Sriman Sriwacana, Batu Keramat yang Bikin Kerajaan Pajajaran Tamat
Batu Palangka Sriman Sriwacana (foto: dok wikipedia)
A
A
A

KERAJAAN PAJAJARAN konon begitu amat susah ditaklukkan. Bahkan konon Kerajaan Banten yang sudah bernuansa islami, harus melancarkan serangan tiga kali untuk menamatkan riwayat Kerajaan Pajajaran. Ya, tepat di serangan ketiga Banten itu membuat Pajajaran tak berdaya.

Pemindahan batu yang jadi simbol dari kerajaan menjadi pertanda kekalahan Pajajaran, sekaligus tamatnya kerajaan warisan Prabu Siliwangi ini. Saat itu pemindahan batu ini dilakukan oleh Maulana Yusuf penguasa Banten, yang melakukan ekspansi ke ibu kota Pakuan, Pajajaran.

Batu Palangka Sriman Sriwacana demikian namanya memang menjadi sosok penguat gaib di Kerajaan Pajajaran. Kepercayaannya batu itu konon membuat kerajaan kuat, sehingga Maulana Yusuf penguasa Banten, memutuskan untuk memindahkan batu keramat itu dari lokasi istana Pajajaran.

Dikutip dari "Hitam Putih Pajajaran : Dari Kejayaan hingga Keruntuhan Kerajaan Pajajaran" tulisan Fery Taufiq El Jaquenne, istilah batu Palangka sendiri secara umum memiliki arti tempat duduk, yang dalam bahasa Sunda berarti pangcalikan, yang secara kontekstual bagi Kerajaan Pajajaran, adalah tahta. Pada hal ini tahta tersebut melambangkan tempat duduk khusus, yang diperkenankan pada upacara penobatan seorang raja.

Di atas Palangka itulah, calon raja diberkati dengan berbagai prosesi upacara oleh pendeta tertinggi. Tempat Palangka berada di kabuyutan kerajaan, bukan di dalam istana. Sesuai dengan budaya Pajajaran, tahta tersebut dibuat dari batu dan diasah hingga halus mengkilap.

Kemudian diberi bahan tertentu yang fungsinya menjadikan batu tersebut serasa memiliki kesakralan tersendiri. Dari penduduk asli Sunda, menyebut batu ini sebagai batu pangcalikan atau batu ranjang. Batu Pangcalikan sekarang bisa ditemukan di makam kuno dekat Situ Sangiang di Desa Cibalanarik, Kecamatan Sukaraja, Tasikmalaya, dan di Karang Kamulyan, bekas pusat Kerajaan Galuh di Ciamis.

Sedangkan batu ranjang dengan kaki yang diukir dapat ditemukan di Desa Batu Ranjang, Kecamatan Cimanuk, Pandeglang. Letaknya di kawasan petakan sawah, yang terjepit pohon.

Perihal batu ini semasa Pajajaran sejak Prabu Siliwangi memang difungsikan sebagai tempat duduk, saat dinobatkan sebagai raja Pajajaran. Batu berukuran panjang 200 sentimeter, lebar 160 sentimeter, dan 20 sentimeter dari tingginya dibawa ke Banten. Pemindahan batu ini karena budaya politik pada waktu itu mengharuskan melakukan cara demikian.

Pemindahan batu ini membuat tak ada lagi penobatan raja baru di Pajajaran. Selain itu pemindahan itu sengaja dilakukan oleh Banten guna memperkuat legitimasi Sultan Banten Maulana Yusuf, yang menahbiskan menjadi penerus kekuasaan Pajajaran yang sah.

Apalagi buyut perempuan Maulana Yusuf adalah putri dari Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi. Sementara itu di sisi lain, seluruh atribut dan perangkat Kerajaan Pajajaran secara resmi telah diserahkan kepada Kerajaan Sumedang Larang, melalui empat Kandaga Lante.

Palangka Sriman Sriwacana sendiri saat ini berada di depan keraton Surawosan di Banten. Karena wujudnya yang mengkilap, dan berbeda dengan batu lainnya, banyak orang Banten menyebutnya watu gigilang. Istilah gigilang artinya berseri atau mengkilap, sama dengan arti kata sriman.

(Awaludin)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement