Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Sejarah Gedung Pancasila, Bekas Kediaman Panglima Perang Belanda Saksi Bisu Perjuangan Bangsa

Ricko Setya Bayu Pradana Junior , Jurnalis-Sabtu, 01 Juni 2024 |08:18 WIB
Sejarah Gedung Pancasila, Bekas Kediaman Panglima Perang Belanda Saksi Bisu Perjuangan Bangsa
Gedung Pancasila di kompleks Kementerian Luar Negeri, Jakarta Pusat (Foto: Kemlu RI)
A
A
A

GEDUNG Pancasila adalah salah satu bangunan bersejarah di Indonesia yang terletak di Kompleks Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Jalan Taman Pejambon Nomor 6, Jakarta Pusat. Gedung ini sering menjadi lokasi upacara peringatan Hari Lahir Pancasila.

Selain itu, Gedung Pancasila juga digunakan untuk berbagai kegiatan internasional, seperti resepsi diplomatik dalam rangka menyambut kunjungan menteri luar negeri negara sahabat ke Indonesia, serta jamuan makan resmi dan tidak resmi.

Gedung Pancasila juga menjadi tempat penyelenggaraan pertemuan bilateral dan penandatanganan perjanjian dengan negara lain serta organisasi internasional. Resepsi untuk menghormati kunjungan petinggi asing ke Indonesia sering kali diadakan di sini.

Selain menyambut tamu-tamu luar negeri, Gedung Pancasila juga menjadi tempat Menteri Luar Negeri memimpin upacara sumpah jabatan bagi pejabat senior dan konsul jenderal serta upacara untuk mengakhiri masa jabatan dinas luar negeri.

Menurut informasi dari situs Kementerian Luar Negeri, gedung ini juga sering digunakan untuk acara jamuan makan pagi atau Foreign Policy Breakfast. Acara ini mengundang pemimpin dan tokoh dari berbagai kelompok masyarakat untuk mendiskusikan kebijakan luar negeri dan masalah-masalah hubungan internasional.

Meskipun tidak ada catatan resmi mengenai kapan tepatnya gedung ini mulai dibangun, beberapa literatur menyebutkan bahwa pembangunannya dimulai sekitar tahun 1830.

Pada masa lalu, Gedung Pancasila adalah kediaman Panglima Angkatan Perang Kerajaan Belanda di Hindia Belanda, yang juga merangkap sebagai Letnan Gubernur Jenderal. Setelah kediaman panglima dijual, gedung baru dibangun di atas sebuah taman yang indah yang kemudian dikenal sebagai Taman Hertog. Nama itu berasal dari Hertog van Saksen Weimar yang menjabat sebagai Panglima dari tahun 1848 hingga 1851. Kemudian, nama tersebut berubah menjadi Taman Pejambon.

Kompleks militer juga ada di sekitar Pejambon pada masa lalu. Hingga tahun 1916, Panglima Angkatan Perang berdiam di Taman Hertog. Departemen Urusan Peperangan Hindia Belanda dipindahkan ke Bandung pada tahun 1914 hingga 1917, yang diikuti dengan kepindahan Panglima.

Gedung ini sebelumnya dikenal sebagai Gedung Volksraad, yang diresmikan oleh Gubernur Jenderal Limburg Stirum pada Mei 1918.

Volksraad digunakan sebagai tempat pertemuan anggota Dewan Pemerintahan Hindia Belanda (Raad van Indie). Dalam katalog Pameran Peringatan Hari Ulang Tahun ke-300 Kota Batavia yang diselenggarakan di Amsterdam pada bulan Juni dan Juli 1919, disebutkan bahwa Volksraad pernah digunakan untuk pertemuan tersebut.

Pemerintah kemudian membangun gedung tersendiri untuk Raad van Indie di sebelah barat Gedung Volksraad di Pejambon Nomor 2.

Volksraad adalah sebuah dewan dengan wewenang yang sangat terbatas. Awalnya, dewan ini hanya diberi hak untuk memberi nasihat kepada pemerintah. Namun, pada tahun 1927, Volksraad diberi wewenang untuk membuat Undang-Undang bersama-sama dengan Gubernur Jenderal.

Di masa pemerintahan Hindia Belanda, banyak bangunan pemerintahan didirikan di kawasan yang kini disebut Taman Pejambon dan Lapangan Banteng di Jakarta.

Nama Gedung Pancasila semakin dikenal pada 1 Juni 1964, ketika di Departemen Luar Negeri diperingati secara nasional hari lahirnya Pancasila yang dihadiri oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta. Pada dasawarsa 1960-an, gedung ini juga digunakan untuk mendidik calon diplomat Indonesia melalui kursus Atase Pers, kursus Caraka, dan Susdubat I, yaitu Kursus Dasar Umum Pejabat Dinas Luar Negeri.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement