Menjelang Konferensi Asia-Afrika tahun 1955, Gedung Pancasila menjadi pusat kegiatan Sekretariat Bersama Konferensi yang diketuai oleh Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri.
Anggota sekretariat terdiri dari para Duta Besar Birma, India, Pakistan, dan Sri Lanka di Jakarta. Gedung ini juga menjadi saksi bisu menjelang runtuhnya Orde Lama dan lahirnya Orde Baru.
Pada penghujung 1965 dan awal 1966, Gedung Pancasila menjadi sasaran demonstrasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) yang menentang komunisme. Massa pelajar dan mahasiswa yang marah menyebabkan kerusakan di beberapa bagian gedung tambahan, termasuk Gedung Pancasila.
Pemugaran gedung ini dilakukan oleh Departemen Luar Negeri pada tahun 1973 hingga 1975 untuk menjaga dan memperbaiki warisan budaya yang bersejarah.
Setelah pemugaran selesai, Presiden Soeharto meresmikan gedung ini sebagai Gedung Pancasila pada 19 Agustus 1975, bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Departemen Luar Negeri ke-30.
Peresmian ini ditandai dengan pembukaan selubung prasasti oleh Presiden Soeharto. Gedung Pancasila kini menjadi simbol penting dalam sejarah dan diplomasi Indonesia.
(Salman Mardira)