Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Tragis Wafatnya Sisingamangaraja XII dalam Perang Batak, Kepalanya Ditembak Marsose Belanda

Farhan Muhammad Gunawan , Jurnalis-Senin, 17 Juni 2024 |07:00 WIB
Kisah Tragis Wafatnya Sisingamangaraja XII dalam Perang Batak, Kepalanya Ditembak Marsose Belanda
Ilustrasi Raja Negeri Toba Sisingamangaraja XII.
A
A
A

SISINGAMANGARAJA XII merupakan Raja Negeri Toba yang masyhur. Ia meninggal dunia ditembak oleh pasukan Marsose pada 17 Juni 1907 di Dairi, dalam perang Batak melawan Belanda. Sisingamangaraja salah satu pahlawan nasional kebanggaan Sumatera Utara.

Sisingamangaraja XII lahir di Bakara, 18 Februari 1845 dan meninggal dalam usia 62 tahun. Sang Raja mengobarkan perang terhadap Belanda sewenang-wenang menjajah ekonomi dan serangan misionaris memasukkan Kristen ke Tanah Batak.

Setelah gugur ditembak oleh Marsose, tentara bayaran Belanda yang direkrut dari pribumi untuk melawan bangsanya sendiri. Jenazah Sisingamangaraja dimakamkan di Tarutung Tapanuli Utara, lalu dipindahkan ke Soposurung, Balige dekat Danau Toba, pada 1953.

Perang Batak yang menggugurkan nyawa Sisingamangaraja merupakan perang antara rakyat Batak melawan Belanda. Sisingamangaraja XII memimpin perang yang terjadi pada 1878 hingga 1907 atau 29 tahun itu.

Penjajahan ekonomi Belanda terhadap wilayah tersebut membuat suku Batak merasa tidak puas karena sumber daya alam mereka dieksploitasi dan semua keuntungan berada ditangan Belanda.

Selain itu, penindasan politik dan sosial yang diberlakukan dalam pemerintahan kolonial Belanda memicu perlawanan juga. Seperti yang diketahui, Raja Sisingamangaraja XII memang terkenal anti perbudakan, anti penindasan dan sangat menghargai kemerdekaan.

Raja Sisingamangaraja XII, sebagai pemimpin tertinggi Suku Batak, menolak keras upaya misionaris Belanda yang berupaya menyebarkan agama Kristen di wilayahnya. Sikap tegas ini mendorong Raja Sisingamangaraja XII untuk mengusir para misionaris tersebut.

Melihat hal tersebut, misionaris Belanda mengadu kepada pemerintah kolonial Belanda untuk meminta perlindungan. Pada 6 Februari 1878, pasukan Belanda tiba di Pearaja untuk memberikan dukungan kepada para misionaris.

 BACA JUGA:

Raja Sisingamangaraja merespons dengan menghimpun orang-orang dari Suku Batak untuk melancarkan perlawanan terhadap pasukan Belanda.

Perang secara resmi dimulai pada 16 Februari 1878, dengan serangan pasukan Batak di pos-pos Belanda di Bahal Batu. Namun, sayangnya, mereka mengalami kekalahan dalam pertempuran tersebut.

Tidak menyerah, Sisingamangaraja XII memerintahkan pasukannya untuk berkumpul kembali dan melancarkan serangan baru pada tahun 1883-1884 dengan bantuan dari Kerajaan Aceh.

Sisingamangaraja XII mengadopsi strategi gerilya untuk melawan penjajahan Belanda selama hampir tiga dekade. Strategi perang gerilya yang ia terapkan berhasil mengganggu kendali Belanda di wilayah tersebut dan menjadikannya pahlawan nasional.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement