SOEKARNO identik dengan sosok gagah, berwibawa dan tegas yang membuatnya disukai kaum hawa. Tapi siapa sangka ada dua wanita cantik berjuluk "bidadari" yang menolak cinta sang proklamator kemerdekaan Republik Indonesia itu.
Perjalanan hidup Soekarno memang tak bisa dilepas dari perempuan. Presiden pertama Indonesia tersebut bahkan memiliki sembilan istri. Kharima dan pesonanya membuat ia mudah memikat wanita, tapi tidak dengan dua sosok berikut.
1. Irma Ottenhoff Mahamit
Irma Ottenhoff Mahamit atau akrab disapa Irma Mahamit merupakan bidadari udara alias pramugari di Pesawat Kepresidenan era 1960-an. Ia sempat menjadi perbincangan hangat kalangan Istana kala itu.
Irma Mahamit pernah diperintahkan untuk melayani Soekarno di Skardon 17. Soekarno langsung terpukau ketika pertama kali melihat Irma berkebaya. Singkat cerita sang Presiden jatuh cinta.
Tapi, Irma malah menolak cinta Soekarno. Alasannya masuk akal, karena Irma tak ingin memiliki pasangan yang sebaya dengan ayahnya. Alasan lain Irma tak ingin menyakiti istri-istri Soekarno.
Tahu bertepuk sebelah tangan, Soekarno tak memaksa cintanya pada Irma.
2. Gusti Nurul
Gusti Raden Ayu Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani atau Gusti Nurul merupakan putri Solo, anak pasangan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Mangkunegoro VII dan Gusti Kanjeng Ratu Timoer. Lahir pada 17 September 1921, kecantikannya masyhur kala itu bahwa sampai dijuluki sebagai “Bidadari Solo”.
Gusti Nurul juga mahir berkuda dan jago menari. Di usia remaja, ia pernah dibawa ke Belanda untuk unjuk kebolehan langsung di depan Ratu Belanda Putri Juliana dan orang-orang Eropa.
Nama Gusti Nurul melejit setelah fotonya sedang menari di Amerika pada 25 Januari 1937 dimuat dalam majalah legendaris LIFE.
Soekarno pun jatuh cinta dengan sosok Gusti Nurul. Tapi sang bidadari Solo menolaknya. Bukan hanya Bung Karno yang ditolak, ia juga tak membuka hati ke tokoh-tokoh lain yang kepincut dengannya seperti Hamengkubuwono IX, Sutan Sjahrir, dan Kolonel Djatikusuma.
Ia menolak sederet tokoh ternama itu karena tak ingin dimadu.
Pada Gusti Nurul menikah dengan Kolonel Soerjo Soejarso pada 1951 dan dikaruniai tujuh orang anak. Ia rela meninggalkan predikat putri keraton demi mendampingi sang suami menetap di Kota Bandung.
Setelah Gusti Nurul menikah, Soekarno berkata padanya, “Aku kalah cepat dengan suamimu.”
(Qur'anul Hidayat)