JAKARTA - Wikramawardhana mendapat takhta Majapahit. Ia merupakan menantu dari Hayam Wuruk, yang merupakan suami dari Kusumawardhani, putri Hayam Wuruk dari permaisurinya.
Dalam Kitab Negarakertagama mencatat bahwa Hayam Wuruk wafat pada 1389. Beralihnya takhta kerajaan ternyata mendapat pertentangan dari Bhre Wirabhumi, putra Hayam Wuruk dari seorang selir. Wikramawardhana menguasai keraton barat Majapahit, sementara Bhre Wirabhumi memimpin keraton bagian timur.
"Tahun 1405, terjadi perang antara pihak Wikramawardhana melawan kubu Bhre Wirabhumi yang kemudian disebut sebagai Perang Paregreg," ujar .P.N.A. Masud Thoyib, Pengageng Kedaton Jayakarta beberapa waktu silam.
Pranoedjoe Poespaningrat dalam bukunya "Kisah Para Leluhur dan yang Diluhurkan: Dari Mataram Kuno sampai Mataram Baru" (2008) menyebutkan bahwa Perang Paregreg adalah salah satu faktor penyebab kemunduran Majapahit.
Perang Paregreg merupakan konflik antara istana barat Majapahit yang dipimpin oleh Wikramawardhana dan istana timur yang dipimpin oleh Bhre Wirabhumi. Perang ini berlangsung dari tahun 1404 hingga 1406 dan menjadi penyebab utama kemunduran Majapahit.
Perang ini dipicu pemberontakan Bhre Wirabhumi atau Urubisma, Adipati Blambangan, yang merupakan putra Prabu Brawijaya dari seorang selir. Pemberontakan tersebut juga melahirkan legenda Damarwulan yang terkenal dalam lakon kethoprak.
Awalnya, perang saudara ini dimenangkan oleh Bhre Wirabhumi. Namun, setelah Wikramawardhana menerima bantuan dari Bhre Tumapel, Kedaton Wetan dikalahkan.
Wirabhumi melarikan diri, namun tertangkap oleh Raden Gajah (Bhra Narapati) dan dipenggal kepalanya pada tahun 1328 Saka (1406). Karena sumber daya kerajaan banyak terkuras untuk memadamkan pemberontakan-pemberontakan ini, raja-raja di luar Jawa akhirnya memisahkan diri dari ketergantungan mereka terhadap Majapahit.
Wikramawardhana memerintah Majapahit hingga wafat pada tahun 1351 Saka (1429). Ia kemudian digantikan oleh putrinya, Suhita, yang memerintah dari tahun 1429 hingga 1447.
Catatan tentang perang saudara ini juga muncul dalam sumber Tionghoa dari masa Dinasti Ming. Melalui Ming Shih yang diterjemahkan oleh W.P. Groeneveldt dalam "Nusantara dalam Catatan Tionghoa", tercatat bahwa setelah Kaisar Ch’eng-tsu naik takhta pada tahun 1403, ia mengadakan hubungan diplomatik dengan Jawa.
Ia mengirim utusan kepada raja “bagian barat”, Tu-ma-pan, dan kepada raja “bagian timur”, Put-ling-ta-hah atau P’i-ling-da-ha.
Nama asli Bhre Wirabhumi tidak diketahui. Menurut Pararaton, ia adalah putra Hayam Wuruk dari seorang selir, dan diadopsi oleh Bhre Daha, istri Wijayarajasa, yaitu Rajadewi. Bhre Wirabhumi kemudian menikah dengan Bhre Lasem Sang Alemu, putri Bhre Pajang (adik Hayam Wuruk).
Dalam Negarakertagama disebutkan bahwa istri Bhre Wirabhumi adalah Nagarawardhani, putri Bhre Lasem alias Indudewi. Indudewi adalah putri Rajadewi dan Wijayarajasa. Bhre Wirabhumi, yang lahir dari selir Hayam Wuruk, menjadi anak angkat Rajadewi (bibi Hayam Wuruk), dan kemudian menikah dengan Nagarawardhani, cucu Rajadewi.
(Arief Setyadi )