Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kimchi Jadi Korban Perubahan Iklim, Nasibnya Terancam Punah

Susi Susanti , Jurnalis-Selasa, 03 September 2024 |17:06 WIB
Kimchi Jadi Korban Perubahan Iklim, Nasibnya Terancam Punah
Makanan kimchi yang terkenal asal Korea Selatan dilaporkan menjadi korban perubahan iklim (Foto: EPA)
A
A
A

GANGNEUNG - Makanan kimchi yang terkenal asal Korea Selatan (Korsel) dilaporkan menjadi korban perubahan iklim. Para ilmuwan, petani, dan produsen mengatakan kualitas dan kuantitas sawi putih yang diasamkan untuk membuat hidangan yang populer ini menurun akibat meningkatnya suhu. Kimchi pun bisa terancam punah.

Sawi putih diketahui tumbuh subur di iklim yang lebih dingin, dan biasanya ditanam di daerah pegunungan yang suhunya jarang naik di atas 25 Celsius (77 Fahrenheit) selama musim panas yang menjadi musim tanam utama.

Penelitian menunjukkan bahwa cuaca yang lebih hangat akibat perubahan iklim kini mengancam tanaman ini, sehingga Korea Selatan mungkin tidak dapat menanam sawi putih suatu hari nanti karena meningkatnya suhu.

"Kami berharap prediksi ini tidak menjadi kenyataan," kata ahli patologi tanaman dan ahli virus Lee Young-gyu,” dikutip Reuters.

"Sawi putih suka tumbuh di iklim dingin dan beradaptasi dengan rentang suhu yang sangat sempit," lanjutnya.

"Suhu optimal adalah antara 18 dan 21 Celsius,” tambahnya.

Di ladang dan di dapur, baik komersial maupun rumah tangga, petani dan pembuat kimchi sudah merasakan perubahannya.

Kimchi fermentasi pedas dibuat dari sayuran lain seperti lobak, mentimun, dan daun bawang, tetapi hidangan yang paling populer tetap berbahan dasar sawi putih.

Menggambarkan dampak suhu yang lebih tinggi pada sayuran, Lee Ha-yeon, yang memegang gelar Master Kimchi dari Kementerian Pertanian, mengatakan inti sawi putih membusuk, dan akarnya menjadi lembek.

"Jika ini terus berlanjut, maka di musim panas kita mungkin harus berhenti membuat kimchi," kata Lee, yang gelarnya mencerminkan kontribusinya terhadap budaya makanan.

Data dari badan statistik pemerintah menunjukkan luas lahan sawi putih dataran tinggi yang ditanami tahun lalu kurang dari setengahnya dari 20 tahun lalu: 3.995 hektar dibandingkan dengan 8.796 hektar.

 

Menurut Badan Pengembangan Pedesaan, lembaga think-tank pertanian negara bagian, skenario perubahan iklim memproyeksikan area pertanian akan menyusut drastis dalam 25 tahun ke depan menjadi hanya 44 hektar, tanpa sawi putih yang ditanam di dataran tinggi pada tahun 2090.

Para peneliti menyebutkan suhu yang lebih tinggi, hujan lebat yang tidak dapat diprediksi. Selain itu, hama yang menjadi lebih sulit dikendalikan di musim panas yang lebih hangat dan lebih panjang sebagai penyebab penyusutan panen.

Infeksi jamur yang membuat tanaman layu juga sangat merepotkan bagi para petani karena baru terlihat jelas saat mendekati panen.

Perubahan iklim menambah tantangan yang dihadapi industri kimchi Korea Selatan, yang sudah berjuang melawan impor murah dari China atau Tiongkok, yang sebagian besar disajikan di restoran.

Data bea cukai yang dirilis pada Senin (2/9/2024) menunjukkan impor kimchi hingga akhir Juli naik 6,9% menjadi USD98,5 juta tahun ini, hampir semuanya dari Tiongkok dan merupakan yang tertinggi selama periode tersebut.

Sejauh ini, pemerintah mengandalkan penyimpanan besar-besaran dengan suhu terkontrol untuk mencegah lonjakan harga dan kekurangan. Para ilmuwan juga berlomba-lomba mengembangkan varietas tanaman yang dapat tumbuh di iklim yang lebih hangat dan yang lebih tahan terhadap fluktuasi besar dalam curah hujan dan infeksi.

Namun, petani seperti Kim Si-gap, 71 tahun, yang telah bekerja di ladang sawi putih di wilayah timur Gangneung sepanjang hidupnya, khawatir varietas ini akan lebih mahal untuk ditanam selain rasanya tidak enak.

"Ketika kami melihat laporan bahwa akan tiba saatnya di Korea ketika kami tidak dapat lagi menanam sawi putih, itu mengejutkan di satu sisi dan juga menyedihkan di sisi yang sama," kata Kim.

"Kimchi adalah sesuatu yang tidak bisa tidak kami miliki di atas meja. Apa yang akan kami lakukan jika ini terjadi?,” pungkasnya.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement