Selain itu proyek ini juga menyebabkan jatuhnya korban jiwa, dengan Jaringan Advokasi Hak Pertambangan Indonesia mencatat setidaknya 22 pekerja China dan Indonesia telah kehilangan nyawa di tambang peleburan nikel di Sulawesi Tengah sejak 2019. Jatuhnya korban karena berbagai insiden ini menyoroti kekhawatiran serius tentang hak-hak dan keselamatan kerja.
Ketidakpuasan atas kondisi ini juga muncul di daring dengan reaksi yang tajam di media sosial terhadap eksploitasi perusahaan, BRI, dan ekspansi ekonomi China. Ketika China menghadapi tantangan ekonomi yang lebih luas meningkat, hak-hak pekerja yang terlibat dalam proyek BRI semakin banyak bermasalah dengan laporan tentang masalah sepeti penundaan upah dan kondisi kerja yang buruk semakin umum, memperburuk situasi yang sudah tegang.
Selain itu, dampak lingkungan dari proyek BRI menjadi perhatian utama lainnya. Proyek infrastruktur skala besar sering menyebabkan degradasi lingkungan, dengan ekosistem yang terganggu dan masyarakat lokal menghadapi dampak buruk.
Masalah lain adalah dugaan jebakan utang yang hadir dari proyek BRI terhadap negara-negara peserta. Pasalnya negara-negara tersebut kesulitan dan berjuang untuk membayar kembali pinjaman besar yang diberikan China untuk mendanai proyek-proyek BRI.
Inisiatif BRI awalnya dilihat sebagai cara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan konektivitas, namun dengan berbagai masalah yang menghinggapi, kini menghadapi kritik dan perlawanan yang semakin meningkat. Dengan berbagai kontroversi dan tantangan ini, perlu dilihat bagaimana BRI akan berjalan di masa depan.
(Rahman Asmardika)