JAKARTA - Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) China telah memicu kekacauan signifikan di berbagai wilayah Indonesia. Proyek infrastruktur ambisius ini, yang ditujukan untuk meningkatkan hubungan perdagangan global, telah menghadapi pertentangan dan keresahan yang sengit dari para pekerja lokal.
Aksi protes dan pemogokan, yang didorong oleh keluhan atas hak-hak buruh dan praktik manajemen, telah meletus di kawasan industri utama, termasuk Kawasan Industri Morowali Indonesia (IMIP) atau Qingshan Park.
Kekacauan yang terjadi menggarisbawahi ketegangan dan tantangan mengakar yang menyertai ambisi ekonomi China yang ekspansif di kawasan tersebut. Pada 2 Maret, kawasan industri IMIP terbakar saat para pekerja Indonesia melancarkan pemogokan massal, membakar bus-bus umum sebagai protes terhadap kebijakan manajemen yang represif.
Kerusuhan ini terekam dengan jelas yang menggambarkan suasana tegang, dengan para pekerja yang marah melemparkan benda-benda dan asap tebal menyelimuti kawasan tersebut.
Qingshan Park terkait dengan BRI dan Partai Komunis China )PKC), dengan sebagian besar kepemilikan oleh perusahaan investasi China, Dingxin Group melalui Tsingshan dan Bintang Delapan Group. Fokus utama kawasan ini adalah pada penambangan nikel, peleburan, dan pengiriman—komponen penting untuk baterai kendaraan listrik dan produksi baja tahan karat di seluruh dunia, namun proyek ini telah menghadapi berbagai tantangan dan ketidakpuasan di antara para pekerja.
Kerusuhan tersebut menjadi yang kedua dalam kurun dua bulan setelah sebelumnya pada Februari, demonstrasi besar-besaran digelar, menuntut hak-hak buruh. Demonstrasi ini dilaporkan terkait pekerja, terutama yang berasal dari perusahaan outsourcing China yang bekerja selama enam bulan berturut-turut tanpa hari libur dan tidak ada kesempatan untuk pergi.
Insiden terbaru ini menunjukkan masalah yang lebih luas yang mengganggu proyek BRI China.
Partai Komunis China (PKC) meluncurkan BRI pada 2013 dengan visi besar untuk menciptakan jaringan proyek infrastruktur yang luas yang mencakup seluruh Asia, Eropa, dan Afrika. Namun, lebih dari satu dekade kemudian, masalah dalam visi ambisius ini menjadi semakin jelas, dengan berbagai laporan dampak buruk termasuk kerusakan lingkungan, dan tuduhan jebakan utang serta korupsi yang menumpuk di negara-negara peserta, demikian dilansir Hong Kong Post, Kamis, (13/3/2025).
Di luar Indonesia, dampak buruk BRI mencakup jebakan utang, kerusakan lingkungan, dan korupsi yang menumpuk di negara-negara peserta.