Penelitian tersebut menggunakan data sumber terbuka, laporan media, serta data dari kelompok bantuan dan badan PBB.
Biaya iklim yang sesungguhnya dari perang Israel kemungkinan jauh lebih tinggi daripada perkiraan. Hal ini lantaran blokade media Israel menutupi sepenuhnya kerusakan lingkungan di daerah kantong itu.
“Konflik di Gaza ini menunjukkan angkanya substansial, lebih besar daripada seluruh emisi gas rumah kaca di banyak negara, dan harus disertakan untuk target perubahan iklim dan mitigasi yang akurat,” kata Frederick Otu-Larbi, salah satu penulis laporan dan dosen di Universitas Energi dan Sumber Daya Alam di Ghana.
Saat ini, tidak ada kewajiban bagi negara untuk melaporkan emisi militer ke badan iklim PBB.
PBB tahun lalu mengatakan bahwa perang Israel telah menciptakan krisis lingkungan yang menghancurkan di Gaza, menghancurkan sistem sanitasi, meninggalkan berton-ton puing dari alat peledak, dan menyebabkan polusi besar.
Ditemukan sistem air, sanitasi, dan kebersihan di Gaza hampir seluruhnya tidak berfungsi, dengan lima pabrik pengolahan air limbah di jalur itu ditutup.
Perang Israel memperburuk lingkungan yang sudah memburuk di Gaza. Lebih dari 92 persen air dianggap tidak layak untuk dikonsumsi manusia pada 2020.
(Erha Aprili Ramadhoni)