YOGYAKARTA - Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Fadli Zon menghadiri Cultural Dinner yang merupakan bagian dari rangkaian pertemuan SEAPAC (Southeast Asia Parliamentarians Against Corruption) di Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta.
Dalam kapasitasnya sebagai Presiden SEAPAC periode 2023–2025, Menbud Fadli turut menyambut para delegasi parlemen negara-negara Asia Tenggara serta perwakilan dari lembaga-lembaga internasional, termasuk UNODC (United Nations Office on Drugs and Crime) dan UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change). Dalam kesempatan ini, Menbud menekankan budaya sebagai alat untuk melawan korupsi.
Dalam sambutannya, Fadli Zon menyampaikan rasa bangga dan kehormatannya menyambut para delegasi di Yogyakarta, kota yang menurutnya mencerminkan warisan budaya, ketahanan sejarah, dan diplomasi budaya Indonesia.
“Benteng Vredeburg sebagai lokasi acara ini sangatlah simbolik. Dulunya benteng kolonial, kini menjadi ruang budaya yang dikelola oleh Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya di bawah Kementerian Kebudayaan, yang menjaga lebih dari 7.000 benda bersejarah dari era Pangeran Diponegoro hingga para tokoh kemerdekaan,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa sejarah ketika dijaga, menjadi fondasi kuat bagi dialog dan pembelajaran seumur hidup.
Sebagai Presiden SEAPAC, sebuah jaringan lintas-parlemen di Asia Tenggara yang berkomitmen memberantas korupsi melalui kolaborasi lintas negara dan lintas partai, Fadli menyampaikan, setiap tahun, dunia kehilangan sekitar 2,6 triliun dolar AS atau 5 persen dari PDB global akibat korupsi.
"Di Asia Tenggara, 23 persen warga melaporkan harus membayar suap untuk layanan publik, dan 79 persen pelaku usaha menganggap korupsi sebagai hambatan utama bisnis,” ucapnya. “Dalam situasi seperti ini, kerja sama regional bukanlah pilihan, melainkan keharusan,” katanya.
Menurutnya, perjuangan melawan korupsi bukan hanya tantangan politik, tetapi juga budaya. Dirinya menolak anggapan bahwa korupsi berasal dari budaya suatu bangsa.
Sebaliknya, budaya justru menjadi alat paling kuat untuk melawan korupsi. Melalui budaya, nilai kejujuran, keadilan, dan solidaritas diwariskan lintas generasi, menjadi kompas moral kehidupan publik.
“Oleh karena itu, warisan budaya, kesenian, dan industri kreatif kita harus dilihat sebagai infrastruktur integritas. Budaya bukan pelengkap, melainkan fondasi utama dari tata kelola pemerintahan yang baik,” tuturnya.
Fadli kemudian menegaskan komitmen Indonesia yang tertuang dalam Pasal 32 Ayat 1 UUD 1945. “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia, dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya," ucapnya.
Dirinya menggarisbawahi dua narasi utama kebudayaan Indonesia: sebagai negara megadiversitas dengan lebih dari 1.340 suku dan 718 bahasa daerah, serta ribuan warisan budaya takbenda dan sebagai salah satu peradaban tertua di dunia, dengan temuan arkeologis Homo erectus, lukisan gua prasejarah tertua di dunia, dan tradisi megalitikum yang kaya.
Cultural dinner yang dihelat di halaman Museum Benteng Vredeburg ini dihadiri oleh sejumlah perwakilan organisasi internasional, di antaranya Vice-Chair of the Inter-Parliamentary Cooperation Committee Ravindra Airlangga, anggota SEAPAC; Lee Chean Chung (Malaysia), Ty Sokun (Kamboja), Nophadol In-na dan Nobpadol Tibpayachol dari Thailand.
Hadir pula Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Dr. Wawan Mas’udi, Kepala UNODC Indonesia Erik van der Veen, National Focal Point UNFCCC Ary Sudijanto, serta Country Director of the Westminster Foundation for Democracy Ravio Patra.
Sementara itu, dari Kementerian Kebudayaan hadir mendampingi Menbud Fadli, antara lain Direktur Jenderal Diplomasi, Promosi, dan Kerja Sama Kebudayaan Endah Tjahjani Dwirini Retno Astuti, Staf Khusus Menteri Bidang Protokol dan Rumah Tangga Rachmanda Primayuda, dan Direktur Kerja Sama Kebudayaan Mardisontori.
Sebagai penutup, Fadli kembali menekankan bahwa melawan korupsi merupakan pilihan budaya dan peradaban.
“Ia akan menentukan masa depan seperti apa yang kita wariskan kepada anak-anak kita, apakah masa depan yang dibangun atas dasar kepercayaan dan solidaritas, atau yang diliputi keraguan dan perpecahan," tuturnya.
"Sebagai Menteri Kebudayaan, saya berkomitmen menjadikan situs warisan, museum, dan ekosistem budaya sebagai platform untuk menanamkan nilai integritas dalam kehidupan sehari-hari,” ucapnya.
(Agustina Wulandari )