BANDUNG- Kondisi lingkungan Merapi yang memperihatinkan pascaletuas Merapi 2010 lalu, dinilai sebagian orang dapat meluluhlantahkan Yogyakarta. Namun hal tersebut dibantah Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono.
Dia menegaskan, letusan gunung berbeda dengan bencana alam lainnya seperti banjir yang bisa ditangkal dengan reboisasi hutan-hutan yang gundul. Untuk Gunung Merapi hal itu tidak pengaruh sama sekali.
"Reboisasi nggak pengaruh, dulu aja Gunung Merapi banyak pohonnya pada 2006 meletus dan 2010 meletus lagi lebih besar. Solusinya, ya masyarakat harus mengungsi jika meletus," kata Surono kepada okezone di Bandung, Jawa Barat, Senin (23/5/2011).
Kondisi Gunung Merapi sendiri saat ini sudah normal, meski tetap sebagai gunung api aktif dan statusnya waspada. Artinya,orang tidak boleh naik ke puncak gunung.
Data terbaru minggu ini, Gunung Merapi beberapa kali mengalami gempa vulkanik, yaitu empat kali gempa tipe A (dalam) dan dua kali gempa tipe B (dangkal).
Data minggu lalu, kata Surono, Gunung Merapi tercatat mengalami tujuh kali gempa tipe A dan dua kali gempa tipe B. Mengenai pengungsi, saat ini sudah kembali ke daerah masing-masing. Tim dari PVMBG juga sudah tidak ada lagi yang di daerah Merapi, karena pengawasan sudah diserahkan kepada daerah setempat.
"Untuk meletus lagi, kecil kemungkinan dalam waktu dekat ini. Tapi masih akan meletus lagi, entah lima atau enam tahun lagi, atau kapan. Yang jelas ga bisa diramalkan," paparnya.
Maka yang bisa dilakukan PVMBG hanyalah menganalisis. Jika statusnya meningkat, masyarakat harus kembali mengungsi. Peran pemerintah adalah mengungsikan penduduk di sekitar gunung.
"Itu bagi yang mau ngungsi. Bagi yang tidak mau, tentu akan jadi korban. Kan ada masyarakat yang tidak mau ngungsi," ujarnya.
(Kemas Irawan Nurrachman)