JAKARTA - Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo menjelaskan peristiwa G 30 S PKI tidak terjadi jika buruh dan petani tidak dipersenjatai.
"Tugas sudah jelas, buruh dan tani untuk bekerja dan bertani, sementara tentara yang dipersenjatai untuk bela negara,"ujarnya saat ditemui dalam acara doa dan tahlil, di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Pondok Gede, Jakarta Timur, Jumat (30/9/2011).
Menurut Pramono salah satu korban keganasan G 30 S PKI yaitu Jenderal Ahmad Yani merupakan seorang jenderal yang hebat. Beliau merupakan salah satu yang paling konsisten memperjuangkan cita-cita bangsa.
"Walaupun saya tidak terlalu mengenalnya, namun yang saya baca dari litertur dan cerita ayah saya, beliau merupakan jenderal sejati,"paparnya.
Lain halnya dengan Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo, anak dari Almarhum Jenderal Sutoyo, mengatakan dirinya sudah mulai melupakan kebiadaban PKI. "Sejarah tidak bisa dilupakan, tapi sebagai generasi penerus saya harus melupakan untuk kemajuan bangsa," paparnya.
Kebiadaban PKI memang telah melukai banyak orang, namun Agus menyebut anak-anak dari mantan PKI juga ikut merasakan beban psikologis dari lingkungan sosial yang kerap memberi cap negatif.
"Kita memahami penderitaan anak-anak yang orang tuanya dituduh PKI, tapi kita sudah saling memaafkan, benci dan dendam sudah dilupakan," tambahnya.
Sebelumnya, dalam rangka memperingati Hari Kesaktian Pancasila, TNI Angkatan Darat mengadakan doa dan tahlil bagi korban G 30 S PKI, di Monumen Pancasila Sakti.
Acara ini dihadiri para pejabat di lingkungan TNI AD, antara lain Komandan Staf Angkatan Darat (Kasad), Panglima Komando Strategi Angkatan Darat (Pangkostrad), Danjen Kopasus, dan Pangdam Jaya.
(Ferdinan)