MEDAN- Insiden penyerangan terhadap personel Kepolisian yang terjadi dalam dua pekan terakhir di Medan, Sumatera Utara, dinilai sebagai bentuk resistensi masyarakat terhadap perilaku anggota polisi.
Tak tanggung-tanggung, polisi justru dituding sebagai patron atas kasus kekerasan tersebut.
Ketua LBH Medan, Surya Darma, mengatakan, pada dasarnya kekerasan tidak dibenarkan dalam keadaan apapun, baik masyarakat maupun penegak hukum sebagai korbannya.
Namun masyarakat seringkali menonton aksi polisi yang menggunakan kekerasan saat bersentuhan dengan masyarakat, khususnya saat melakukan penangkapan maupun penggerebekkan.
Kondisi itu pula yang akhirnya diamini masyarakat untuk menyelesaikan persoalan yang terkait dengan hukum.
"Kalau saya pikir ini bukan cuma soal resistensi, tapi masyarakat meniru tindakan polisi sebagai pengayomnya. Kita kan sering kali melihat polisi melakukan kekerasan, pemukulan, bahkan penembakkan yang seharusnya tidak ditunjukkan di depan publik," kata Surya saat dihubungi Okezone, Selasa (2/4/2013)
Di sisi lain menurut Surya, kegiatan oknum polisi yang membekingi kegiatan yang melanggar hukum bukan lagi menjadi rahasia umum, sehingga saat polisi melakukan penangkapan, masyarakat justru tidak lagi memandang polisi sedang melakukan tugasnya.
"Judi dibekingin si ini orang polda, prostitusi dibekingin orang polres, itu kan yang kita dengar sehari-hari. Masyarakat mana mau tau polisinya siapa, yang mereka tahu itu polisi. Jadi kalau polisi juga yang menangkap, kan jadi seperti main-main saja. Polisi sudah kehilangan kewibawaannya," pungkasnya.
Oleh karena itu, Surya berharap untuk mengantisipasi aksi brutal tersebut, Kapolda Sumatera Utara Irjen Wisnu Amat Sastro dapat segera mengambil langkah cepat dan tepat.
"Dulu sewaktu Pak Sutanto jadi Kapolda, dia bisa memukul mundur setiap preman dari jalanan dalam waktu cepat. Kenapa? karena pimpinannya berwibawa. Nah Pak Wisjnu pun saya pikir bisa seperti itu. Menegaskan kepada bawahannya untuk menghentikan setiap aksi pembekingan, dan menjatuhkan sanksi tegas pada yang melanggar. Sementara di masyarakat, Polisi harus kembali mengaktifkan simpul-simpul di masyarakat dan menghentikan aksi brutal di depan publik," tutupnya.
Sekadar Informasi, sebelumnya dalam dua pekan terakhir, petugas Kepolisian di wilayah hukum Polda Sumatera Utara, mendapatkan perlawanan dari polisi saat melakukan penangkapan.
Pertama dialami oleh Kapolsek Dolok Kompol Anumerta Andar Yohanes Siahaan, saat melakukan penggerebekkan judi di wilayah hukumnya pada Rabu, 27 Maret malam lalu. Andar Tewas dikeroyok wargadalam insiden itu.
Teranyar, personel Satuan Narkoba Polresta Medan yang dipimpin Kompol Donny Alexander, nyaris menjadi bulan-bulanan warga saat melakukan penggerebekkan terhadap terduga bandar narkoba di kawasan padat penduduk di Jalan Kejaksaan Medan Petisah.
(Kemas Irawan Nurrachman)