Tokoh Muda Partai Hanura Hadiri Lomba Bidar Mini
PALEMBANG - Lomba bidar atau lomba dayung perahu tradisonal di Sungai Musi atau anak Sungai Musi merupakan tradisi yang sudah berlangsung sejak lama. Konon, tradisi ini sudah dimulai sebelum zaman kemerdekaan.
Tradisi ini biasa diadakan setiap hari besar, terutama pada peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus.
Tampilan perahu bidar ada dua jenis yang kini dikenal. Pertama, perahu bidar berprestasi. Perahu ini memiliki panjang 12,70 meter, tinggi 60 centimeter (cm), dan lebar 1,2 meter.
Jumlah pendayung 24 orang, terdiri dari 22 pendayung, satu juragan serta satu tukang timba air. Perahu ini dapat dilihat setiap 17 Juni, bertepatan dengan hari jadi Kota Palembang.
Jenis kedua perahu bidar tradisional. Perahu ini memiliki panjang 29 meter, tinggi 80 cm, dan lebar 1,5 meter. Jumlah pendayung 57 orang, terdiri dari 55 pendayung, satu juragan perahu serta satu tukang timba air.
Namun lomba bidar yang diselenggarakan di Desa Tanjung Ali, Kecamatan Jejawi Kabupaten OKU pada 9 Agustus 2013 lalu terhitung unik.
Karena bidar (perahu) yang digunakan kecil, hanya 10 pendayung, sehingga di juluki lomba Bidar mini. Penyelenggraan kali ini tampaknya lebih meriah dan diikuti oleh 25 perahu peserta laki-laki dan 25 perahu peserta perempuan.
Masing-masing perahu didayung oleh 10 orang. Antusiasme warga terlihat dari ramainya penonton yang datang. Masing-masing warga punya jagoan untuk didukung.
Tim Arjuna Partai Hanura yang ikut dalam kegiatan itu mengirimkan empat pasang perahu, dengan koordinator Khoiri. Lomba berlangsung ketat dan dimulai pukul 16.00 WIB.
Akhirnya, Tim Arjuna Partai Hanura memperoleh juara pertama untuk katagori perahu perempuan. Sedangkan untuk kategori perahu laki-laki Tim Arjuna Partai Hanura meraih Juara kedua.
Pada kesempatan ini hadiri tokoh muda Partai Hanura, Didi Apriadi, yang juga calon anggota legislatif DPR dari Dapil Sumsel 2.
Menurut Didi, hal seperti ini perlu dilestarikan dan dikembangkan. Sebab, dapat menjadi ajang silaturrahmi sekaligus ajang hiburan dan wisata warga. Apalagi, di Sumatera Selatan sarana hiburan dan wisata masih kurang.
(Tri Kurniawan)
