Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Politik Uang Buat Pemilih Pemula Apatis & Berpotensi Golput

Prabowo , Jurnalis-Senin, 07 April 2014 |17:30 WIB
Politik Uang Buat Pemilih Pemula Apatis & Berpotensi Golput
ilustrasi pemilu 2014
A
A
A

YOGYAKARTA - Pusat Studi Hukum Konsitusi Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta melakukan survei atau penelitian tentang persepsi pemilih pemula DIY terhadap praktik politik uang.

Survei dengan responden 980 siswa SMA yang tersebar di DIY itu untuk mengetahui sejauh mana mereka melihat fenomena praktik politik uang di tempat tinggalnya.

Metode yang digunakan dengan penyebaran angket atau kuisioner melalui tatap muka langsung dengan tim peneliti.

Ketua Tim Peneliti, Anang Zubaidi menjelaskan, 87.55 persen (%) responden mengetahui tentang money politik, 4.80% mengaku tidak tau, 5,82% menjawab ragu-ragu, dan 1,84% tidak menjawab.

"Mereka mengetahui politik uang lebih banyak dari media; baik televisi, online, koran, dan radio. Selain itu ada yang mengetahui dari penjelasan guru serta cerita teman-temannya," kata Anang dalam pemaparan kepada wartawan, Senin (7/4/2014).

Sebagian besar responden sepakat adanya money politik berdampak negatif. Alasannya di antaranya mencederai asas pemilu yang jujur dan adil, menyuburkan prilaku bohong, menghasilkan pemimpin yang buruk, merusak moral, menyuburkan korupsi, dan tentunya melanggar hukum.

"Sebanyak 88,37% responden melihat politik uang berdampak negatif, 5,41% tidak menyatakan tidak, dan 6,22% menentukan pilihan pada tidak menjawab," jelasnya.

Alasan yang sepakat money politik karena bisa membantu masyarakat yang kurang mampu, sarana sosialisasi sang calon pada rakyat, bagian dari rezeki, dan bukti kepedulian dari calon pemimpin pada masyarakat.

"Sebanyak 18,88% responden mengaku menerima money politik, sedangkan 81,12% responden mengaku tidak menerima meski mengetahui ada bentuk money politik seperti pemberian uang ataupun dalam bentuk barang," jelasnya.

Masih ada praktik money politik itu membuat pemilih pemula apatis. Mereka condong tidak menentukan pilihan karena menilai praktik money politik tidak sejalan dengan asas demokrasi.

"Pemilih pemula itu idealis, sangat mungkin mereka nanti golput. Soal berapa persen, itu tidak dalam kapasitas kami menilai, karena fokus penelitian yang kami lakukan pada praktik money politik," ujarnya.

Atas hasil tersebut, Anang berharap KPU lebih giat menyosialisasi tentang pemilu meski itu sudah dilakukan. Dia juga mengajak pemilih pemula tetap menggunakan hak pilihnya sesuai hati nurani dalam menentukan calon pemimpin.

(Kemas Irawan Nurrachman)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement