JAKARTA - Sosiolog Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Robertus Robert menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak teliti dalam memertimbangkan penolakan grasi yang diajukan seorang terpidana mati.
Robert menyayangkan sikap sang Kepala Negara yang terkesan hanya menandatangani penolakan grasi itu tanpa melihat isi permohonan grasi yang diajukan oleh terpidana mati.
"Belum dia lihat, tetapi sudah menolaknya. Jadi, kenapa harus diadakan grasi kalau diabaikan," ujar Robert saat diskusi di kantor KontraS, Jalan Borobudur, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (1/3/2015).
Menurut Robert, Jokowi seharusnya mengedepankan keadilan dalam mengeluarkan grasi. Terlebih grasi itu diajukan untuk meminta ampunan agar tidak dieksekusi, sehingga Jokowi pun terlihat mengerdilkan permohonan grasi yang diajukan terpidana mati bila tidak meneliti dan membaca secara utuh permohonan tersebut.