Skenario Apa Dibalik Pembunuhan Karakter Antasari Azhar?

JAKARTA – Politikus Partai Golkar, Bambang Soesatyo mengatakan kasus tuduhan pembunuhan kepada Direktur Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnain yang menyeret mantan Ketua KPK Antasai Azhar merupakan salah satu contoh politisasi hukum.
 
Hal itu dikatakan Bambang lantaran kasus Antasari Azhar terlihat ganjil dari beberapa hal seperti untuk menutupi kasus dugaan korupsi pengadaan Informasi Teknologi Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang menelan anggaran Rp170 miliar pada pemilihan umum 2009 lalu.
 
“Teknologi ICR yang canggih memakan biaya Rp170 miliar ini seharusnya cepat dalam metabulasi perhitungan suara namun kenyataanya perhitungan suara berlangsung lambat dan banyak kesalahan yang pada akhirnya KPU menggunakan perhitungan manual, yang sangat mudah dimanipulasi,” papar Bambang dalam rilis yang diterima okezone, Jumat (16/12/2011).
 
Keganjalan lainnya, sambung Bambang, kasus pembunuhan tersebut digulirkan ketika Antasari sudah mengetahui pemenang tender pengadaan IT KPU tersebut adalah pengusaha yang sangat dekat dengan lingkungan istana. Serta Antasari yang berani mengungkap kasus korupsi Bank Indonesia yang menjebloskan besan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Aulia Pohan.
 
Sementara politikus Partai Gerindra, Permadi mengatakan kasus Antasari tidak akan terbongkar secara jelas jika pemerintah masih dipimpin oleh pemerintah saat ini.
 
“Sementara pemerintah sesat masih berkuasa, Antasari Azhar tidak mungkin lolos dari kasusnya yang sekarang ini dalam proses menunggu putusan MK.
 
Menurut Permadi, pengadilan saat ini tidak ada yang adil, yang ada hanyalah deal-deal politik. “Ini bukan pengadilan sesat, tapi pemerintah sesat. Tidak ada penyeselaian hukum yang ada hanyalah deal-deal untuk menyelesaikan sebuah kasus hukum. Tak mungkin membersihkan lantai kotor dengan menggunakan sapu yang kotor juga,” paparnya. (sus) 

(Muhammad Saifullah )