Wajar Tak 100 Persen Rakyat Puas dengan Kepemimpinan SBY

JAKARTA - Partai Demokrat (PD) menganggap wajar tak semua rakyat Indonesia puas, dengan kinerja Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai Presiden, sebagaimana hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI).

"Tidak akan pernah kepuasan 100 persen dari masyarakat terhadap kepemimpinan siapapun juga. Tapi masyarakat bisa merasakan sendiri kebebasan berpendapat sekarang, itu kemajuannya," kata Wakil Sekjen Partai demokrat, Andi Nurpati kepada Okezone, di Jakarta, Minggu (26/5/2013) malam.

Perkembangan demokrasi, sambung Andi, diera pemerintahan Presiden SBY meningkat dengan pesat, dimana setiap masyarakat maupun organisasi kemasyarakatan bebas menyuarakan aspirasinya, berbeda saat masa sebelum reformasi.

Hal itulah menurut Andi yang harus benar-benar dipahami oleh masyarakat adalah pemerintahan SBY menjamin kebebasan setiap warga negara, untuk menyampaikan aspirasinya termasuk menyampaikan kritik secara bebas ke pemerintah.

"Sudah banyak masyarakat yang menyampaikan pendapat, kritik langsung. Kalau zaman sebelum itu (Orba) ya tahu sendiri. Perubahan sepert ini adalah sesuatu yang sangat signifikan kebebasan demokrasi," sambungnya.

Mantan komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) ini mengakui tidak semua permasalahan negara telah dituntaskan oleh pemerintahan Presiden SBY.

"Bahwa ada kasus-kasus tertentu yang belum tuntas, misal dalam hal mengambil keputusan ya itu wajar. Tentu Partai Demokrat tetap akan mengevaluasi apa yang menjadi kekurangan dan perlu diperhatikan lebih jauh," pungkasnya.

Sebelumnya, sebanyak 70 persen rakyat Indonesia merasa kecewa dan tidak puas dengan kepemimpinan Presiden SBY. Demikian hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang dilakukan pada 21-23 Mei 2013 lalu.

Survei dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dengan random sampling (sampel acak) ini menjaring 1.200 responden yang berumur di atas 17 tahun atau sudah menikah. Tercatat, hanya 30,18 persen yang puas dengan kepemimpinan SBY, sedangkan sisanya mengaku tidak puas alias kecewa.

(K. Yudha Wirakusuma)