JAKARTA - Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), mengakui penggunaan Kartu Jakarta Sehat (KJS) minim tindakan preventif lantaran terlalu fokus untuk tindakan pengobatan.
 
 
"Kita terus terang, ada kekurangan dipreventif. Dirjen Kemenkes, FKUI, dan RSCM datang ke sini intinya kalau terus konsentrasi ke kuratif, berapa pun akan jebol," kata Ahok di Balai Kota, Jakarta, Jumat (27/12/2013).
 
Contohnya, kata Ahok, di DKI Jakarta penyakit tekanan darah tinggi dan obesitas menjadi penyakit nomor 1 yang diderita warga Ibu Kota.
 
"Ini semua berbahaya. Langkah preventif harus ada, misalnya tes gula darah, harusnya ada di Puskesmas. Itu dievaluasi," terangnya.
 
Ahok juga menerangkan, setiap tiga bulan tarif KJS akan dievaluasi agar semakin banyak swasta juga bisa ikut dalam program KJS.
 
"Sederhana saja, tidak mungkin membangun rumah sakit begitu banyak tidak ada preventif. Pasti ada ukurannya," jelas Ahok.
 
Ahok menambahkan, sudah juga menjadi kewajiban bagi FKUI untuk menyehatkan orang Jakarta.
 
"Sudah putuskan, tiap bulan, Jumat terakhir, rapat koordinasi. SDM dan tugas semua jelas. Uangnya hibahkan ke FKUI. Nanti tentukan mana kepala Puskesmas atau petugas mana yang tidak mau dengar dan kerja sama, laporkan, bisa kita ganti," tukasnya.
(Misbahol Munir)