JAKARTA - Jakarta macet, semua juga sudah tahu. Namun yang belum diketahui adalah, sampai kapan dan bagaimana menangani kemacetan Ibu Kota? 
Baru-baru ini muncul wacana dari Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama (Ahok) untuk memundurkan jam masuk sekolah menjadi pukul sembilan sebagai solusi kemacetan. Sebelumnya, rata-rata siswa di Jakarta masuk sekolah pukul 06.30 pagi. 
Rencana Ahok ini disambut beragam. Bagi orangtua murid seperti Susi dan Retno, pukul sembilan terlalu siang untuk dijadikan jam masuk sekolah. 
"Kalau untuk mengurai kemacetan di Jakarta, banyak hal lain yang bisa dilakukan. Jangan mengorbankan anak dengan memundurkan jam masuk sekolah," kata Susi ketika berbincang dengan Okezone, Rabu (2/4/2014).
Dua anak Susi kini duduk di bangku kelas empat dan enam sekolah dasar (SD). Sehari-hari, mereka masuk pukul 06.30 dan tujuh pagi. Jika wacana ini jadi diterapkan, kata Susi, anak akan susah beradaptasi karena terbiasa bangun dan belajar di pagi hari. 
"Jam biologis anak akan kacau. Menurut saya, masuk sekolah pagi justru baik karena di saat itulah otak anak dapat bekerja optimal. Sementara kalau dimundurkan, ketika pulang sekolah anak pun akan menjadi lebih lelah," imbuh pegawai swasta tersebut. 
Hal senada diungkapkan Retno. Ibu dua anak ini merasakan betul rutinitas anak-anaknya begitu padat. Si sulung kini duduk di bangku kelas satu SMA di sebuah sekolah negeri di Jakarta. Sementara sang adik, akan bersiap menghadapi ujian nasional (UN) untuk pijakan menuju SMP. 
"Anak pertama saya masuk 06.30 pagi dan pulang jam tiga sore. Kalau masuk jam sembilan, mau pulang jam berapa? Dia juga mau les jam berapa?" tanyanya retoris. 
Bagi PNS di salah satu kementerian itu, kebijakan masuk sekolah pukul sembilan pagi tidak tepat. Sebab, jika masuk terlalu siang maka jam pulang sekolah juga akan mundur. Akhirnya, siswa yang mengambil les tambahan tidak akan memiliki cukup waktu istirahat sebelum menuju tempat les.   
"Kalaupun ambil les di sore, pasti akan leih mepet dengan waktu pulang sekolah. Belum lagi dia masih harus menembus macet sepulang sekolah. Kebijakan ini malah akan menimbulkan masalah baru," imbuh Susi.
(Rifa Nadia Nurfuadah)