JAKARTA - Setiap hari kita disuguhi pemandangan ruas jalan Ibu Kota dipenuhi kendaraan, terkadang mereka berjalan tersendat, macet. Betapa tidak, orang-orang yang akan menuju tempat kerja berbaur jadi satu dengan para pelajar dan mereka yang sekadar bepergian.
Fenomena ini menggelitik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengkaji wacana memundurkan jam sekolah siswa di Ibu Kota. Dari semula masuk pukul 06.30 WIB, menjadi masuk pukul 09.00 WIB. 
Rencana ini menuai kontroversi. Banyak yang tidak setuju, namun ada juga yang sependapat. Salah satunya, Erlangga Yanawiza. Ayah dua anak ini mengaku tidak masalah jika jam sekolah anaknya harus dimundurkan.
Alasan pertamanya, sang anak kerap sulit bangun pagi. Selain itu, jika masuk pagi, anaknya akan pulang siang hari dari sekolah dan menghabiskan banyak waktu untuk bermain. 
"Sementara kalau masuk jam sembilan dan pulang agak sore, anak saya jadi enggak kebanyakan main. Sampai rumah dia sudah capek, langsung makan dan istirahat," tutur Elang, demikian dia biasa disapa, ketika berbincang dengan Okezone, Kamis (3/4/2014). 
Rona Saad memiliki pemikiran serupa. Selama ini, jam masuk sekolah yang terlalu pagi membuat anaknya kerap tidak sarapan. Bagaimana tidak, setiap hari Rona harus mengantar anaknya ke sekolah pada pukul enam pagi. Terlambat sedikit, macet mendera. Padahal, jarak dari rumah ke sekolah hanya sekira 3 km. 
"Kalau naik motor paling cuma 5-10 menit. Tapi demi menghindari macet, saya harus jalan pukul enam supaya anak saya juga punya waktu sebentar untuk bersiap-siap masuk kelas," ujarnya. 
Meski tertarik dengan ide Pemprov DKI Jakarta, pegawai swasta ini masih menimbang-nimbang wacana memundurkan jam masuk sekolah. Dia setuju jam sekolah mundur, tetapi tidak di pukul sembilan pagi. 
"Terlalu siang," imbuhnya. 
Selain itu, Rona menyarankan, jika pemerintah memang ingin mengubah jam masuk sekolah siswa, sebaiknya pertimbangan utama bukan untuk mengurai kemacetan Jakarta. Jika demikian, maka pemerintah mengorbankan anak-anak. 
Dia menilai, kemacetan Ibu Kota terjadi bukan karena pelajar dan jam masuk sekolah. Pasalnya, kata Rona, sekolah masuk pukul tujuh pagi saja jalan masih macet hingga pukul sembilan. Artinya, memundurkan jam masuk sekolah belum tentu menjadi solusi efektif untuk menyelesaikan masalah kemacetan. 
"Masa anak sekolah yang harus mengalah sama orang-orang dewasa yang bekerja. Pemerintah harus mempertimbangkan karakter dan kebutuhan anak. Kalau mau menyelesaikan kemacetan, jangan anak sekolah yang dikorbankan," paparnya tegas. 
(Rifa Nadia Nurfuadah)