SEMARANG - Kecelakaan maut antara minibus dan Kereta Api Maharani di Mranggen, Demak, menyisakan sebuah persoalan bagaimana menjaga perlintasan dari pengemudi-pengemudi nakal. Juru bicara PT KAI Daop IV Semarang, Suprapto, menyatakan agar terhindar dari kecelakaan sebenarnya cuma satu kata kunci; pengemudi harus berdisiplin berlalulintas.
"Mari kita disiplin dalam berlalulintas terutama di perlintasan. Itu ada rambu-rambunya. kalau disiplin pasti aman," kata Suprapto di Stasiun Tawang, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (11/7/2014).
Menurut Suprapto, sebenarnya palang pintu perlintasan kereta api bukan alat utama pengamanan. "Itu adalah alat bantu," ujar Suprapto menegaskan.
Suprapto menambahkan setiap perlintasan kereta selalu dipasangi rambu-rambu bagi pengemudi yang akan melintas. "Kalau ada gambar lokomotif berarti itu tidak terjaga. Kalau ada palangnya, tidak ada lokomotif, berarti dia terjaga. 50 meter dari jalur rel ada papan stop, itu harusnya berhenti, tengok kiri aman, baru lanjut," terang Suprapto.
Meski dipasangi rambu-rambu, Suprato mengaku PT KAI memang masih menyimpan sejumlah persoalan bagaimana menjaga perlintasan kereta. Suprapto menyatakan di Jawa Tengah ada 507 perlintasan antara jalur kereta dengan jalan raya. " Yang resmi ada 507 perlintasan dan tidak resmi ada 198 perlintasan," ungkap Suprapto.
Masalahnya, kata Suprapto, di perlintasan resmi saja yang dijaga cuma 92 perlintasan dan sisanya tidak terjaga. "Dari yang 507 perlintasan resmi yang terjaga 92 perlintasan. 20 perlintasan di lengkapi AWS (Early Warning System) alat peringatan. 395 perlintasan itu tidak terjaga," beber Suprapto.
(Risna Nur Rahayu)