BANGKALAN- Nama senjata tajam (sajam) jenis celurit sudah tidak asing bagi masyarakat Bangkalan, Madura, Jawa Timur. Pasalnya, celurit sudah menjadi senjata khas orang Madura.
Salah satu desa yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai perajin celurit, tepatnya di Desa Paterongan, Kecamatan Galis, Kabupaten Bangkalan. Untuk bisa sampai ke sana harus melewati medan jalan yang naik turun. Maklum, daerah tersebut merupakan perbukitan.
Lokasinya lumayan jauh dari pusat pemerintahan Bangkalan, yakni membutuhkan waktu sekira 2 jam menggunakan kendaraan bermotor.
Menurut salah satu perajin, Abdul Bari, meskipun desanya sentra celurit, namun kondisi lingkunganya aman. "Alhamdulillah di sini tidak ada carok dan semoga tidak ada carok pada masa mendatang," urainya.
Artinya, jelas Abdul, jarang terjadi carok yang mengacu pada istilah pertarungan sampai titik darah penghabisan dengan menggunakan celurit. Sebab, masyarakat setempat hanya membuat untuk memenuhi pesanan dari pelanggan.
"Di sini memang banyak warga yang membuat celurit. Bahkan, bisa dikatakan sentra pembuat celurit di Bangkalan. Sama halnya dengan di Tanjungbumi yang dikenal dengan perajin batik," terang Abdul.
Abdul menjelaskan, dirinya bisa membuat celurit karena belajar dari sang ayah pada tahun 1999 silam. Sebab, bapaknya merupakan perajin celurit. Setelah mengantongi ilmu tentang membuat celurit, kini ia menerima pesanan celurit dari masyarakat.
"Dalam sehari saya mampu membuat celurit sampai lima buah. Untuk harganya relatif, tergantung ukuran dan bahan dasar yang dipakai. Adapun harganya berkisar antara Rp 150 ribu sampai Rp 300 ribu per buah," paparnya.
Disinggung profil pemesan celurit, ia mengaku dari masyarakat Madura sendiri. Namun, ada juga warga yang dari luar Madura memasan celurit.
"Ada yang masyarakat umum, tapi ada juga dari kalangan aparat yang memesan celurit ke sini. Kalau di sini polisi tidak menangkap, tapi jika dibawa dan terkena razia bawa celurit, maka akan ditangkap," tukasnya.
(Muhammad Saifullah )