OKEZONE - Pasca Serangan Oemoem 1 Maret (SO 1 Maret) 1949, posisi Belanda mulai terusik dalam pergaulan internasional. Serangan dari TNI itu bak membuka mata dunia bahwa Republik Indonesia masih ada, bahwa Belanda mulai terlihat sebagai negara yang mengganggu kedaulatan negara lain.
Upaya demi upaya dari jalan diplomatik terus coba digencarkan para elite pemerintahan Indonesia. Sementara di berbagai medan tempur, pasukan TNI tak henti-hentinya berusaha menangkal setiap agresi Belanda, termasuk seperti yang terjadi di sebuah teritori Sumedang, Jawa Barat, 11 April 66 tahun silam.
Di tanggal yang sama, 11 April 1949, perundingan kembali pasca-Perjanjian Linggarjati dan Renville, terjadi lagi antara delegasi Belanda dan Indonesia, di bawah pengawasan “auspices”, panitia PBB untuk Indonesia.
Namun perindungan itu macet sampai seminggu kemudian. Seperti dikatakan George Turnan Kahin, misionaris PBB dari Amerika Serikat dikutip dari buku “Mengenang (Sutan) Syahrir”, pihak Belanda bersikeras tak ingin memulihkan (menyerahkan) Ibu Kota Yogyakarta.