JAKARTA - Mantan Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudoyono menyampaikan pidato dalam diskusi publik yang diselenggarakan oleh Universitas Nasional (Unas), di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (25/4/2015).
Dalam pidato yang berjudul 'Jalan Menjadi Negara Maju', SBY mengomentari revolusi mental yang kerap diusung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) . Menurutnya, terdapat perbedaan makna yang diutarakan Jokowi dengan Karl Marx.
"Revolusi mental pernah hidup pada masa Karl Marx, itu ajaran fundmental marxisme. Revolusi Marx bertumpu pada perubahan mental kaum proletar menjadi kaum progresif. Sedangkan yang dimaksud Pak Jokowi sebenarnya tidak sama dengan Marx, Pak Jokowi ingin mengubah karakter building masyarakat Indonesia tanpa pertumpahan darah, dan itu saya setuju," jelasnya.
SBY menambahkan, revolusi mental dapat mewujudkan sebuah perubahan fundamental. Menurutnya jika penerapan revolusi mental mampu diaplikasikan dengan baik maka bukan tidak mungkin negara akan maju.
"Jadi definisinya (revolusi mental) sangat berkaitan dengan mind, yaitu kesadaran persepsi dan pikiran itu adalah mind. Perubahan fundamental dan total atas alam pikiran seseorang atau rakyat Indonesia agar kita bisa jadi negara yang maju dan sukses," lanjutnya.
Namun demikian, lanjut SBY, revolusi mental dapat menghambat pembangunan dan cita-cita bangsa jika masyarakat tidak percaya diri dan yakin akan sebuah perubahan.
"Revolusi mental mengharuskan tranformasi kebudayaan yang progresif terhadap pengetahuan teknologi dan ekonomi, (dan juga harus) ekspresif terhadap kesenian dan kebudayaan yang kita miliki," imbuhnya.
SBY menjelaskan, penerapan revolusi mental harus mengedepankan harmonisasi antara progresif dan ekspresif tersebut. "Maka jadilah orang cerdas dan berpengatahuan untuk kemajuan bangsa dan negara," ujarnya.
(Susi Fatimah)