Soeharto juga gemar mandi lumpur, cari belut dan ikan, salah satu kegemaran yang tetap dilakukannya sampai usia senja. Soeharto pertama kali mengenyam pendidikan di SD Desa Puluhan, godean, dan sempat pindah ke SD Pedes karena ayah tirinya, Pramono, harus pindah rumah ke Kemusuk Kidul.
Pendidikan lanjutan dijalaninya di Sekolah Muhammadiyah di Yogyakarta dengan mengayuh sepeda bututnya. Pekerjaan pertamanya selepas sekolah adalah jadi pengawai rendahan juru tulis atau klerek pada sebuah bank.
Di masa mudanya itu, Soeharto sudah memperlihatkan perhatiannya yang besar pada para petani. Soeharto tak jarang berkeliling dengan sepeda bututnya sambil mengenakan baju beskap dan blangkon, untuk menemui para petani yang mengharapkan pinjaman bank.
Tak seperti generasi muda zaman sekarang yang lebih senang ke gym untuk menjaga kebugaran dan fisik, Soeharto di zamannya hobi tapa kungkum dengan berendam di air dan hiking alias naik gunung.
Aktivitas fisik yang membuat raganya bugar itu pula yang membuatnya memberanikan diri masuk instansi militer. Medio 1940, Soeharto mendaftarkan diri jadi siswa militer dan lulus dengan pangkat kopral.
Tak puas dengan hanya pangkat rendahan, Soeharto gabung pendidikan KNIL (Koninklijk Nederlands Indische Leger) dan naik pangkat hingga jenjang sersan. Ketika Jepang masuk Hindia-Belanda, Soeharto tak ayal ikut ambil kesempatan pendidikan militer lainnya dengan bergabung ke PETA (Pembela Tanah Air).