BAGHDAD – Pemerintah Amerika Serikat (AS) mendesak Turki segera menarik pasukannya dari wilayah utara Irak dan meminta Ankara untuk menghormati kedaulatan dan integritas teritorial Negeri 1.001 Malam. Hal itu disampaikan Wakil Presiden AS Joe Biden dalam pembicaraan dengan Perdana Menteri (PM) Irak Haider al Abadi yang disampaikan melalui pernyataan pihak Gedung Putih.
“Wapres menegaskan komitmen AS untuk kedaulatan dan integritas teritorial Irak serta mendesak Turki untuk melakukan hal yang sama dengan menarik semua pasukan militer yang belum diberi izin oleh Pemerintah Irak dari wilayah Irak,” demikian isi pernyataan yang dilansir Russia Today, Kamis (17/12/2015).
Meski begitu, Biden juga menekankan komitmen AS untuk melakukan kerjasama yang dekat baik dengan Turki maupun Irak terutama dalam memerangi kelompok militan ISIS. Dia meminta kedua negara melakukan pembicaraan untuk menyelesaikan isu ini.
Hubungan antara Baghdad dengan Ankara menjadi tegang setelah awal Desember lalu Turki mengirim 150 pasukannya bersama artileri dan tank ke Kamp Bashiqa di Mosul, Irak. Turki menyatakan bahwa pengiriman pasukan tersebut bertujuan melindungi personel militer mereka yang melakukan menjadi instruktur pelatihan di wilayah yang dikuasai ISIS tersebut, namun aksi tersebut tidak disambut baik oleh Pemerintah Irak.
Irak menuduh Turki melanggar kedaulatannya karena mengirim pasukan ke Mosul tanpa adanya izin dari Baghdad. Turki dituntut untuk menarik pasukannya dalam tempo 48 jam dan mendesak NATO untuk menggunakan kewenangannya agar Turki segera angkat kaki dari wilayahnya.
Meskipun semula ada penolakan dari Pemerintah Turki, namun pada 14 Desember, Ankara mulai melakukan penarikan sebagian pasukan dan kendaraan tempurnya dari Mosul. Hanya berselang dua hari setelah penarikan pasukan tersebut, ISIS melakukan serangan terhadap Kamp Bashiqa, menewaskan tujuh orang pasukan Kurdi dan melukai sejumlah tentara Turki.
(Rahman Asmardika)