"Jadi kami menilai tidak ada jaminan, kalau harga BBM sekarang stabil. Karena kita masih mengikuti harga minyak dunia apakah bakal stabil dengan waktu yang lama atau tidak," jelasnya.
Diakui Yayan, dalam melakukan kebijakan penurunan tarif angkutan secara tiba-tiba bisa mengganggu para pelaku usaha angkutan. Sebab para pengusaha angkutan tidak hanya terpatok pada harga BBM, akan tetapi juga memperhitungkan suku cadang kendaraan.
"Pelaku usaha angkutan itu bukan hanya mempertimbangkan BBM, tapi mereka juga mempertimbangkan harga suku cadang," kata Yayan.
Perlu diketahui, Selasa (5/1) lalu, pemerintah pusat telah menurunkan harga jual bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan solar. Adapun harga jual premium dari Rp 7.300 per liter menjadi Rp 7.150 per liter, sedangkan solar dari Rp 6.700 per liter menjadi Rp 5.950 per liter. (FZY)
(Susi Fatimah)