Gerhana matahari ini, kata Sugeng Riyadi, menjadi penanda salat gerhana pertama dan terakhir yang dilaksanakan Nabi Muhammad. Pada saat itu, Nabi Muhammad juga sedang berduka karena putranya, Ibrahim, wafat.
Menurut Sugeng Riyadi, Ibrahim putra Muhammad dimakamkan di Pemakaman Baqi pagi hari menjelang gerhana terjadi. "Sekitar pukul 09.00 WIB terjadi Gerhana Matahari. Orang-orang mengira gerhana sebadai mukjizat atau tanda matahari turut bersedih. Usai salat gerhana, Nabi menjelaskan tidak ada kaitannya dengan kematian seseorang," jelas Sugeng Riyadi.
Ketua Umum Asosiasi Dosen Falak Indonesia, Ahmad Izzuddin membenarkan bahwa gerhana matahari pada zaman Nabi Muhammad bakal terulang di Semarang. "Dilihat dari waktunya, sama-sama terjadi pada seperempat pagi hari terawal. Durasinya sama-sama sekitar dua jam, dan besaran piringan gerhana sama-sama punya persentasi gelap 80-an persen," ujar Dosen Ilmu Falak UIN Walisongo tersebut.
(Abu Sahma Pane)