Ia menjelaskan, perawatan menggunakan kapur barus dan merica ini dilakukan hanya saat kegiatan Pondok Pesantren Tebuireng libur panjang. Biasanya saat liburan semester atau libur puasa hingga Hari Raya Lebaran. Sebab, ia juga tak ingin perawatan itu mengganggu ketenangan para santri yang berkunjung ke perpustakaan.
”Kalau perawatan menggunakan merica saat liburan panjang. Soalnya, kalau kita obati terus baunya menyengat. Sehingga waktu libur semester dan libur puasa baru kita obati,” terangnya.
Zainul memaparkan, perpustakaan Abdul Wahid Hasyim ini didirikan 1974. Semula, ratusan kitab tulisan tangan dan peninggalan KH M Hasyim Asy'ari itu hanya disimpan di dalam kamar. Tidak ada satupun sanak keluarga atau santri guru Ir Soekarno ini yang berani menyentuhnya. Jangankan menyentuh, memasuki kamar penyimpanan pun masih pikir-pikir.
”Semuanya disimpan di dalam kamar Ndalem Kasepuhan. Awalnya, tidak ada yang berani mengutak-atiknya. Akhirnya setelah mendirikan perpustakaan ini, kita-kitab itu akhirnya keluar. Yang mempelopori itu KH M Yusuf Hasyim dan Gus Dur,” paparnya. (Fzy)
(Arief Setyadi )