MANILA – Menteri Luar Negeri Filipina Perfecto Yasay mengatakan, China akan menjadi pecundang jika tidak mau menghormati keputusan Mahkamah Arbitrase Internasional (PCA) mengenai Laut China Selatan (LCS).
Sebagaimana diberitakan, PCA pada 12 Juli 2016 mengeluarkan putusan yang menolak klaim historis Negeri Tirai Bambu di LCS. China menolak putusan tersebut sekaligus mengatakan putusan PCA tidak mengikat secara hukum.
“Kami berusaha membuat China paham bahwa kecuali mereka menghormati dan mengakui putusan PCA, mereka akan menjadi pecundang ketika sengketa Laut China Selatan selesai suatu hari nanti,” ujar Yasay dalam sebuah pertemuan di Manila, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (30/8/2016).
China sendiri lebih memilih jalan diplomasi langsung dengan pihak-pihak yang terlibat sengketa wilayah di LCS, termasuk Filipina. Kedua negara tersebut masih mencari waktu yang tepat untuk melangsungkan pertemuan bilateral. Presiden Filipina Rodrigo Duterte sendiri berharap negosiasi dimulai dalam jangka waktu satu tahun ke depan.
Namun, Filipina masih berusaha agar nelayan-nelayan mereka diizinkan masuk ke wilayah LCS oleh China. Beijing mengusir nelayan Filipina dari perairan di dekat Gugusan Scarborough pada 2012. Pengusiran tersebut adalah salah satu faktor di balik gugatan Filipina ke PCA pada 2013.
“Ketika kita memulai negosiasi atau pertemuan bilateral dengan China, kita harus melakukannya sesuai konteks dari putusan PCA. Tidak ada pengecualian atau pengandaian karena kebijakan kita dalam masalah ini adalah prioritas utama,” sambung Yasay.
(Wikanto Arungbudoyo)