NEW YORK - Ketika membahas isu kepemilikan senjata dan kejahatan rasial dalam Debat Capres AS 2016, Calon Presiden Amerika Serikat (Capres AS) dari Partai Republik Hillary Clinton menekankan pentingnya pengembalian kepercayaan antara masyarakat dengan kepolisian. Karena itu, ujar Hillary, butuh teknik dan pelatihan yang lebih baik untuk mewujudkannya.
Pandangan tersebut diamini pihak kepolisian. Namun, Hillary sendiri nampaknya belum mendapat dukungan aparat keamanan dalam pemilihan presiden kali ini.
Pasalnya, awal September, rivalnya dari Partai Republik Donald Trump mendapat dukungan dari kelompok hukum dan peradilan yaitu Orde Persaudaraan Polisi. Dengan 330 ribu anggota, ini adalah perserikatan polisi terbesar di AS.
Seiring kian sengitnya persaingan menuju kursi nomor satu di AS, dukungan dari kelompok tersebut amat dicari mengingat keberadaan mereka terkonsentrasi di beberapa negara bagian yang penting. Dilansir Wall Street Journal, Selasa (27/9/2016), kelompok ini memiliki 41 ribu anggota di Pennsylvania, 25 ribu anggota di Ohio dan 22 ribu anggota di Florida. Pada pemilu 1996, capres yang mendapat dukungan dari orde tersebut adalah Bill Clinton. Kala itu, suami Hillary tersebut maju dalam pemilihan ulang dirinya sebagai presiden AS.
Sebelumnya, Trump juga didukung sedikitnya 5.000 pejabat imigrasi AS. Fakta ini ia sampaikan kembali ketika pada debat capres AS 2016, Hillary menyebut Trump tidak memiliki kapasitas sebagai pemimpin bagi militer (commander in chief) dan tidak memahami situasi global.
"Saya didukung banyak jenderal untuk memimpin negara ini, juga oleh ribuan pejabat imigrasi," tegas Trump di Hofstra University.
(Rifa Nadia Nurfuadah)