WASHINGTON – Calon Presiden (capres) Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat Hillary Clinton dinilai berupaya keras mencari perhatian. Sedangkan capres dari Partai Republik Donald Trump berupaya keras mempertegas kekuatan dan dominasinya.
Demikian hasil analisis yang disampaikan oleh ahli pembaca bahasa tubuh Tonya Reiman terhadap hasil debat capres AS 2016 di Hofstra University, New York pada Senin 26 September 2016 malam waktu setempat.
Ketika kedua kandidat naik panggung, Tonya melihat Hillary berusaha menghindari dan tidak melakukan kontak mata dengan Trump untuk mendapat perhatian sedemikian rupa. Sementara, Taipan asal New York itu seperti ingin memberi pesan dirinya adalah seorang pria dominan.
“Trump menepuk punggung Hillary setelah berjabat tangan seperti ingin berkata, ‘Hei, saya orang kuat. Saya adalah pengendali. Saya yang memutuskan kapan jabat tangan ini berakhir,’” ujar perempuan berusia 46 tahun itu, seperti dimuat Daily Mail, Rabu (28/9/2016).
Reiman melihat kedua kandidat menunjukkan bahasa isyarat tertentu untuk mengekspresikan perasaan yang sesungguhnya tanpa berkata-kata. Sebagai contoh, Trump membuat ekspresi wajah yang berbeda-beda ketika melihat Hillary berbicara.
“Matanya (Trump) sedikit menyipit, sesuatu yang tidak biasa. Ia mendengarkan. Gerak bibirnya menunjukkan semacam perselisihan. Sementara Hillary menunjukkan wajah gembira ketika Trump selesai memberi pendapatnya. Ada dua kemungkinan, ‘Wow, akhirnya saya berbicara?’ dan ‘Wow, dia memberikan banyak amunisi untuk diperbincangkan’. Itu adalah senyum dan kegembiraan yang tulus dari Hillary,” tutup Tonya Reiman.
Sebelumnya, Wall Street Journal menganalisis, Hillary Clinton terlihat lebih siap dan tampil stabil di panggung Debat Capres AS 2016. Perempuan berusia 68 tahun itu juga cukup agresif menyerang sang rival, Donald Trump. Sementara pria berusia 70 tahun itu berupaya keras melepaskan citra defensif.
(Wikanto Arungbudoyo)