KISAH: Suster Emma dan Diary tentang Kengerian Perang Dunia I

Rahman Asmardika, Jurnalis
Kamis 09 Maret 2017 08:01 WIB
Emma Duffin. (Foto: creative centenaries)
Share :

PERANG Dunia I (PD I) adalah konflik mengerikan yang menelan jutaan nyawa manusia dari 1914-1918. Horor dari perang besar itu diabadikan oleh Emma Duffin, seorang perawat sukarelawan Irlandia Utara. Sehari-hari, tugasnya adalah mengurus para prajurit terluka yang dikirim langsung dari medan pertempuran.

Saat Perang Dunia I mulai meluas, Emma yang saat itu berusia 32 tahun, bergabung dengan Detasemen Bantuan Sukarelawan (VAD) sebagai perawat. Pada 1915 sampai 1916 dia dikirim ke Mesir sebagai penugasan pertamanya. Di sana, perempuan kelahiran Belfast, Irlandia, itu merawat para korban dari operasi militer di Galipoli, Turki.

Kemudian, dari 1916 sampai 1919, dia pindah untuk bekerja di rumah sakit militer di Calais dan Le Havre, di mana para tentara yang terluka dari Front Barat dikirimkan. Pengalamannya itu dituangkan dalam sejumlah jurnal yang ditulisnya.

Dilansir Belfast Telegraph, Kamis (9/3/2017), kefasihan Emma berbahasa Jerman dan cerita tentang dirinya yang merawat prajurit Jerman dengan penuh kasih menambah sisi kemanusiaan dalam kisah pengabdian Emma.

Saat Perang Dunia II pecah, Emma kembali bergabung dengan VAD dan ditunjuk sebagai komandan para perawat VAD yang berbasis di Rumah Sakit Militer Stranmilis, Iralndia Utara. Dia terus melanjutkan catatan pengalamannya dan memberikan kesaksian yang menyayat hati terkait dampak dari serangan kilat di Belfast pada Hari Paskah 15 April 1941. Serangan pasukan Nazi Jerman itu menewaskan sedikitnya 800 warga Irlandia Utara.

Dalam buku hariannya, Emma menggambarkan hari paling menyedihkan yang dihabiskannya di Pasar St. George. Ini adalah lokasi kamar mayat bagi jasad-jasad yang tak dapat diidentifikasi. Di sana, Emma juga membantu para keluarga para korban mencari jasad orang tercinta mereka di antara kumpulan peti mati.

Emma telah melihat banyak kematian selama perang. Bahkan dalam jurnalnya dia menulis seorang perawat terlalu terbiasa dengan kematian sehingga mereka bisa tertawa dan bercanda setelah memegang tangan pasien hingga meninggal. Namun, apa yang dia saksikan kali ini membuat Emma terkejut.

“Saya telah melihat banyak kematian, tetapi mereka meninggal di ranjang rumah sakit, mata mereka telah ditutup secara terhormat, tangan mereka disilangkan di atas dada, kematian yang telah dihias, dibuat menjadi layak. Di sini, kematian itu sangat buruk, menjijikkan, dan mengerikan. Kematian seharusnya terhormat dan damai,” tulisnya Emma.

Emma Duffin meninggal dunia pada 1979 pada usia 95 tahun dan dimakamkan di Newcastle, County Down, Irlandia Utara. Jurnal yang ditulisnya selama perang menjadi sebuah catatan penting yang kemudian diterbitkan sebagai sebuah buku berjudul “First World War Diaries of Emma Duffin”.

(Rahman Asmardika)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya