KUALA LUMPUR - Berhubungan baik sejak 1973, hubungan Malaysia - Korea Utara (Korut) sedang mengalami masa-masa sulit. Pembunuhan Kim Jong-nam menjadi pemantik ketegangan kedua negara.
Korut marah akibat tuduhan Malaysia terhadap delapan warga negaranya sebagai pembunuh kakak tiri pemimpin Korut, Kim Jong-un, tersebut. Ketegasan Kepolisian Malaysia menginterogasi warga negara Korut lainnya, termasuk salah satu pejabat Kedubes Korut di Negeri Jiran, kian membuat Korut murka.
Kemarahan Korut berbuntut pada pemberlakuan larangan bepergian bagi warga Malaysia. Sebaliknya, Malaysia mengusir Dubes Korut Kang Chol.
Berbagai posting di media sosial beberapa hari terakhir merefleksikan kecemasan publik bahwa Korut akan bertindak kasar jika Malaysia lebih galak dalam mengejar kasus pembunuhan ini.
"Meski hubungan Malaysia-Korut memanas, saya rasa tidak akan memicu perang," tukas Menteri Pertahanan Malaysia Hishammuddin Hussein, seperti dilansir Reuters, Selasa (14/3/2017).
Hishammuddin menyatakan, Malaysia tidak akan mampu menandingi kemampuan militer Korut. Namun, Malaysia dapat mengandalkan aliansi berbagai negara jika harus menghadapi konfrontasi Korut, mengingat negara-negara besar juga memiliki masalah dengan Korut.
"Ini keuntungan Malaysia, jadi tidak perlu khawatir. Malaysia harus melihat masalah dengan Korut ini dengan perspektif yang tepat," imbuhnya.
Meski memanas, PM Malaysia Najib Razak menyatakan tidak akan memutus hubungan diplomatik dengan Korut. Bahkan, kedua negara berbincang serius untuk menyelesaikan sengketa ini, termasuk mengupayakan pemulangan sembilan warga Malaysia.
"Negosiasi dengan Pemerintah Korut masih berlangsung. Prioritas utama adalah keselamatan sembilan warga Malaysia di Pyongyang," ujar Deputi PM Malaysia Ahmad Zahid Hamidi.
(Rifa Nadia Nurfuadah)