Mengenal Bang Anies: Melebarkan Sayap di Negeri Paman Sam hingga Jadi Rektor Termuda

Randy Wirayudha, Jurnalis
Kamis 06 April 2017 16:16 WIB
Anies Rasyid Baswedan (Foto: Arif Bagus Pratama/OKEZONE)
Share :

ABDURRAHMAN (AR) Baswedan dikenal dalam sejarah republik ini sebagai tokoh pergerakan, wartawan senior, hingga sastrawan di masa perjuangan. Nama besar sang kakek, seolah jadi “standar” tersendiri buat Anies Baswedan untuk ikut berbuat untuk negeri ini.

Sejak masa SMP, karakter kepemimpinan Bang Anies mulai tumbuh, hingga pernah jadi ketua OSIS se-Indonesia di masa SMA. Bahkan menghidupkan kembali Senat Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang sempat dibekukan.

(Baca: Mengenal Bang Anies: Cucu Negarawan yang Menumbuhkan Kepemimpinan Sejak SMP)

Karakter kepemimpinannya terus diasah di masa kuliah, hingga juga jadi pemimpin rumah tangga dengan Fery Farhati Ganis pascalulus S-1 Fakultas Ekonomi UGM. Kariernya sebagai peneliti di UGM hanya berjalan singkat, lantaran Anies mengambil kesempatan beasiswa di Universitas Maryland, Amerika Serikat, pada 1997.

Di Negeri Paman Sam itu, Anies menempuh kuliah master bidang keamanan internasional dan kebijakan ekonomi, hingga lulus S-2, plus dianugerahi William P Cole III Fellow pada 1998. Tahun itu dan tahun setelah di Indonesia sendiri tengah terjadi gejolak.

Tentu ada banyak pikiran tersendiri dengan situasi di negara kelahirannya, meski pada akhirnya tak menghambatnya untuk terus menuntut ilmu. Pada 1999, Anies melanjutkan kuliah S-3 bidang ilmu politik di Universitas Northern Illinois lewat beasiswa Gerald S Maryanov Fellow.

Berbekal disertasi doktoral ‘Regional Autonomy and Patterns of Democracy in Indonesia’, Anies lulus pada 2005. Di kampus yang sama, sang istri, Fery juga meraih gelar S2-nya di bidang parenting education.

Dikarenakan pendidikan S2 dan S3-nya di Amerika berbekal beasiswa, “tipisnya dompet” Anies menghalanginya untuk segera pulang ke Tanah Air. Tapi dengan bekal gelar doktor itu pula pada 2004, Anies bisa dapat pekerjaan sebagai manajer penelitian IPC Inc di Kota Chicago.

Baru setahun kemudian Anies bisa pulang dan menjadi Direktur Riset Indonesian Institute. Sebuah organisasi yang fokus pada riset dan analisa kebijakan publik.

Pada 2006, Anies juga berkarier di Partnership for Governance Reform sebagai penasihat nasional. Sementara pada 15 Mei 2007, Anies menemui momen penting dan besar dalam kariernya saat terpilih menjadi Rektor Universitas Paramadina.

Anies menggantikan Nurcholish Madjid (Cak Nur) yang juga pendiri Universitas Paramadina. Dengan begitu, Anies juga tercatat sebagai rektor termuda di Indonesia pada usia 38 tahun.

Medio 2009–2010, Anies menginisiasi sebuah gebrakan lewat program Indonesia Mengajar. Program untuk mengisi kekurangan guru (tingkat SD) berkualitas di berbagai daerah terpencil dengan mengajak para pengajar muda mau mengajar di sejumlah daerah pedalaman Indonesia.

"Banyak daerah di Indonesia yang kekurangan guru berkulitas dengan infrastruktur sekolah yang serba terbatas pula. Dengan mengirim guru ke daerah-daerah yang ternyata tak hanya mendistribusikan pendidikan, tetapi mendistribusikan masa depan bangsa,” ucapnya saat diwawancara media asing Channel News Asia, 28 Januari 2017.

“Ini bukan tentang uang, mereka melakukannya demi kebanggaan. Saya bilang ke mereka (pengajar muda) jika kamu ingin perbedaan, inilah tempatnya. Di tempat itulah kepemimpinan mereka diuji mengenai bagaimana berkomunikasi dengan masyarakat, menyelesaikan masalah dan lain sebagainya,” tandasnya.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya