Dengan massa berjumlah lebih besar ditambah merasa sudah membayar uang sewa ke TNI AU, para petani penggarap baru tidak menggubris.
Alat berat itu terus bergerak meratakan tanaman. "Untuk luas lahan 200 meter persegi, para penggarap baru itu telah membayar uang sewa Rp600 ribu. Dan yang mereka sewa adalah lahan yang masih ada tanaman kami," jelas Maryono.
Menurut dia petani telah diadu domba. Karenanya Maryono sempat meneriaki para petani untuk menolak dibenturkan sesama petani. Namun karena jumlah lebih besar mereka hanya bisa melihat tanaman mereka dibuldozer.
Komandan Regu Detasemen Lanud Abdulrahman Saleh Malang di wilayah Ponggok Pembantu Letnan Satu (Peltu) Bagus Kuncoro menegaskan bahwa persoalan bukan pada penggarap lama dan baru.
Persoalan muncul karena petani penggarap lama tidak bersedia mematuhi aturan TNI AU. "Intinya mereka tidak mau mematuhi aturan TNI AU," pungkasnya.
(Rizka Diputra)