LONDON – Pemerintah Inggris berupaya menanggapi dengan serius insiden bom bunuh diri di konser Ariana Grande pada Senin 22 Mei 2017 malam waktu setempat. Badan Intelijen Inggris, MI5, menggelar penyilidikan internal mengapa bisa kecolongan atas informasi gerak-gerik Salman Abedi, pelaku pengeboman di Manchester Arena tersebut.
Menteri Dalam Negeri Inggris Amber Rudd menyambut baik penyelidikan tersebut. Perempuan berusia 53 tahun itu menganggap investigasi internal MI5 sebagai langkah tepat pertama yang diambil badan yang tengah disorot karena dinilai gagal merespons informasi terkait Salman Abedi.
“Ada banyak informasi masuk saat ini mengenai apa yang terjadi, bagaimana itu terjadi, apa yang mungkin sudah atau belum diketahui banyak orang. Saya pikir sudah tepat MI5 melihat-lihat seperti apa faktanya,” tutur Amber Rudd, mengutip dari USA Today, Selasa (30/5/2017).
Salman Abedi dilaporkan sudah berada dalam radar MI5 sebelum insiden yang menewaskan 22 orang itu terjadi. MI5 setidaknya sudah tiga kali diperingatkan terkait pandangan ekstremis pria berusia 22 tahun itu.
Komunitas Muslim Manchester bahkan sudah melaporkan pandangan garis keras pemuda keturunan Libya itu. Salman Abedi diketahui pernah meneriaki seorang Imam di Masjid Didsbury karena mengecam ideologi garis keras kelompok militan.
Amber Rudd menuturkan, MI5 saat ini sedang menyelidiki 500 plot serangan teror berbeda dan mengidentifikasi sedikitnya 23 ribu ekstremis. Sebanyak 3.000 orang di antaranya dimasukkan ke dalam daftar prioritas. MI5 juga sedang merekrut 2.000 orang tenaga kerja baru untuk memastikan tersedianya sumber daya manusia (SDM) demi menjamin keamanan masyarakat Inggris.
(Wikanto Arungbudoyo)