Saracen Disebut Didasari Motif Ekonomi, Eggy Sudjana Lebih Percaya Ada Faktor Politik

Silviana Dharma, Jurnalis
Sabtu 26 Agustus 2017 13:55 WIB
Advokat Eggy Sudjana. (Foto: Silviana Dharma/Okezone)
Share :

JAKARTA – Analis Kebijakan Madya Bidang Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Kombes Sulistyo Pudjo mengatakan sindikat penyebar ujaran kebencian Saracen dibentuk oleh orang-orang yang cerdas. Cerdas dalam arti, mereka bisa melihat peluang keuntungan dari menebar konten kebencian di media sosial, bahkan tahu isu apa yang sedang bombastis di masyarakat.

Kombes Sulistyo percaya motif para pelaku didasarkan kebutuhan ekonomi. Ketiga tersangka yakni Jasriadi (32) yang menjabat ketua, Muhammad Faizal Tanong (43) selaku koordinator bidang media dan informasi, serta Sri Rahayu Ningsih (32) sebagai koordinator grup Jawa Barat memanfaatkan sistem supply and demand di Facebook dan jejaring sosial lainnya.

"Berdasarkan fakta di lapangan, orang-orang ini bekerja didorong motif ekonomi. Kelompok ini tergantung pada pangsa pasar, topik apa yang paling top dan diakumulasikan semua itu untuk disebar sesuai pesanan," paparnya dalam sebuah diskusi bertema 'Saracen dan Wajah Medsos Kita' di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (26/8/2017).

(Baca: Mendagri soal Saracen: Harus Diusut Motifnya Apa, Siapa Saja yang Pesan Berita Fitnah)

Namun di saat polisi menemukan motif ekonomi, advokat Eggy Sudjana berpendapat sebaliknya. Ia mengatakan, jelas terlihat motif pelaku adalah politik.

"Kalau dibilang motif ekonomi, saya enggak percaya. Saya lihatnya konten mereka itu sudah memenuhi unsur devide et impera (adu domba). Mereka sesungguhnya mengusung gerakan anti-Islam. Ini motifnya politik," tutur pria yang namanya disebut-sebut sebagai dewan pembina di strukur organisasi Saracen tersebut.

Eggy membeberkan pandangannya bahwa motif politik yang mendasari tindak pidana pelaku bisa dilihat dari buntut perkara. Bagaimana konten kebencian yang membawa-bawa suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) itu berpotensi memecah belah keutuhan bangsa. Di sisi lain, dia juga merasa terkena dampaknya, menjadi korban fitnah dari Saracen dan penghakiman sepihak dari masyarakat.

"DPN Seknas Pendukung Jokowi minta saya ditangkap. Ada lagi lembaga Bhinekaku 99 persen Eggy Sudjana terlibat. Toh, polisi enggak periksa mereka itu. Padahal, mereka termasuk yang sebar ujaran kebencian. Kalau polisi enggak menindak, saya sambut tuduhan mereka sebagai genderang perang," jelasnya.

(Baca: Maraknya Hoax, Pemerintah Diminta Buat Kurikulum Literasi Medsos)

Di akhir diskusi, Kombes Sulistyo kembali menegaskan bahwa berdasarkan pengakuan para tersangka penyedia jasa konten negatif dan hoax Saracen, motifnya adalah faktor ekonomi. Akan tetapi, ia sependapat dengan Eggy, jika ditelusuri dari segi pendanaan atau pemesannya, motifnya bisa jadi politik.

Hingga kini, Kombes Sulistyo belum bisa memastikan siapa penyewa jasa Saracen. Ia memastikan semua masih tahap penyelidikan, termasuk soal motifnya.

(Hantoro)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya