TRAGEDI kemanusiaan yang menimpa warga etnik Rohingya di Rakhine,  Myanmar, mencapai titik yang mencemaskan. Pemerintah Indonesia pun  berkomitmen untuk membantu mengatasi krisis kemanusiaan di Myanmar yang  semakin mengkhawatirkan tersebut. 
Presiden Joko Widodo (Jokowi)  menyesalkan aksi kekerasan yang terjadi di Myanmar. Menurut dia, perlu  aksi nyata untuk menyelesaikan masalah tersebut bukan hanya pernyataan  kecaman. Kepala Negara telah menugasi Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno  Marsudi untuk menjalin komunikasi intensif dengan berbagai pihak,  termasuk Sekjen PBB Antonio Gueterres dan mantan Sekjen PBB Kofi Annan.
"Sore  tadi (kemarin) Menlu (Retno) telah berangkat ke Myanmar untuk meminta  Pemerintah Myanmar agar menghentikan dan mencegah kekerasan, agar  memberikan perlindungan kepada semua warga, termasuk muslim di Myanmar,"  ungkap Presiden Jokowi.
(Baca juga: Nah! Bantah Klaim Militer Myanmar, Aktivis: 1.000 Muslim Rohingya Dibantai, Bukan 400!)
Misi lain adalah meminta Pemerintah  Myanmar agar memberikan akses bantuan kemanusiaan untuk penanganan  kemanusiaan akibat konflik tersebut. Pemerintah sendiri telah mengirim  bantuan makanan dan obat-obatan ke Myanmar pada Januari dan Februari  sebanyak 10 kontainer. 
Di samping itu, Indonesia juga membangun  sekolah jurnalistik di sana. Bulan Oktober mendatang, Pemerintah  Indonesia akan membangun rumah sakit. "Kita harapkan minggu ini kita  akan mengirim lagi bantuan makanan dan obat-obatan. Sekali lagi  kekerasan krisis kemanusiaan ini harus segera dihentikan," tandas  Jokowi. 
Dalam sepekan ini warga Rohingya telah mendapatkan perlakukan tidak manusia. Berikut catatan derita warga Myanmar : 
25 Agustus 
Pertempuran pecah antara pemberontak Rohingya dan pasukan pemerintah. Sebanyak 98 warga Rohingya tewas.
26 Agustus
PBB mengecam tindakan kekerasan yang dilakukan militer Myanmar dalam pertempuran dengan etnik Rohingya.
(Baca juga: Tiba di Naypyitaw, Menlu Retno Akan Bahas Pembangunan Rumah Sakit Indonesia)
27 Agustus 
Myanmar mengevakuasi warga dari daerah perbatasan di Negara Bagian Rakhine setelah pertempuran dengan gerilyawan. 
31 Agustus
400 orang tewas di mana mayoritas adalah warga Rohingya yang ditembak tentara Myanmar.
1 September
Sekjen PBB Antonio Guterres menyerukan semua pihak untuk menahan diri dan menghindari bencana kemanusiaan. 
2 September
Sekitar 2.600 rumah dibakar di Rakhine, wilayah yang dihuni mayoritas warga Rohingya.
3 September 
Lembaga kemanusiaan PBB di perbatasan Bangladesh mengaku kesulitan dalam membantu 73.000 pengungsi Rohingya. 
(Qur'anul Hidayat)