RIYADH – Pemerintah Arab Saudi telah menahan belasan pangeran, serta puluhan pengusaha, penjabat tinggi sipil dan militer sebagai bagian dari penyelidikan antikorupsi besar-besaran yang sedang diluncurkan. Namun, berdasarkan laporan media setempat, alih-alih ditahan di bui atau kantor polisi, mereka justru ditempatkan di sebuah hotel mewah di Ibu Kota Riyadh.
BACA JUGA: Aduh! 11 Pangeran Arab Saudi Ditangkap Badan Antikorupsi
Seorang pejabat Arab Saudi yang memiliki hubungan dekat dengan pihak keamanan mengatakan, 11 pangeran dan 38 orang lainnya ditahan setelah penangkapan massal. Pengusaha berpengaruh Arab Saudi dan salah satu orang terkaya di dunia, Pangeran Alwaleed bin Talal, juga termasuk mereka yang ditahan.
Laporan yang dilansir The New Arab, Senin (6/11/2017) menyebutkan, mereka ditahan di Hotel Ritz Carlton, Riyadh. Hotel itu adalah salah satu dari beberapa hotel bintang lima yang digunakan untuk menahan beberapa tersangka yang telah diciduk.
Dalam pernyataannya, perusahaan pemilik Ritz-Carlton Riyadh, Marriott International menyatakan tengah mengevaluasi situasi yang terjadi di hotel mereka. Namun, perusahaan tersebut menolak mengungkap siapa saja tamu yang saat ini ditahan di Ritz-Carlton Riyadh.
"Karena menyangkut privasi tamu, kami tidak membahas para tamu atau kelompok dengan siapa kami berbisnis atau mungkin menjadi tamu hotel," demikian pernyataan dari pihak Marriott International.
Penahanan besar-besaran itu dilakukan oleh Badan Antikorupsi Arab Saudi yang baru saja dibentuk. Badan yang diketuai oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman itu juga telah mengeluarkan perintah penahanan dan pencekalan ke luar negeri.
Sebelumnya, Raja Salman juga telah memecat Kepala Garda Nasional Arab Saudi, Pangeran Miteb bin Abdullah yang dikabarkan juga ditahan bersama saudaranya, Pangeran Turki bin Abdullah. Kedua pangeran tersebut adalah putra dari mendiang Raja Arab Saudi Abdullah bin Abdulaziz yang merupakan saudara dari Raja Salman.
Penangkapan massal tersebut dipuji oleh media pemerintah pro-pemerintah sebagai tanda bahwa Putra Mahkota Mohammed bin Salman menepati janjinya untuk mengatasi korupsi yang telah lama melanda tingkat pemerintahan tertinggi di Negara Petrodolar itu. Kementerian Keuangan Arab Saudi mengatakan, penyelidikan antikorupsi tersebut "membuka era baru transparansi dan akuntabilitas", dan “meningkatkan kepercayaan pada peraturan hukum dan memperbaiki iklim investasi kerajaan. "
(Rahman Asmardika)