Untuk penanganan, kata Amrin, awal anggota mengeluh sakit, langsung dicek menggunakan alat deteksi Malaria RDT, jika kemudian positif akan diberikan penanganan di pos, dan jika urung stabil maka langsung dievakuasi ke Rumah Sakit TNI di Marthen Indey di Jayapura.
"Penanganan Malaria harus cepat, terdeteksi positif malaria, langsung dievakuasi ke RS Marthen Indey, tidak bisa lambat, karena ini berbahaya, jika lambat penanganan bisa mengakibatkan meninggal dunia, dan ini sudah terjadi pada anggota satgas lain," ungkapnya.
Untuk obat-obatan yang digunakan, terang Amrin, pihaknya dibekali dengan obat OAM (Obat Anti Malaria) dan Primaquin, dari pihak Kesdam XVII/Cenderawasih, termasuk bantuan obat-obatan dari pihak pemerintah daerah.
"Stok kami aman untuk obat-obatan, dan lain itu, kami juga dapat obat kaki gajah dari Puskesmas Ptewi, karena di sini Endemik Kaki Gajah juga," ucapnya.
Kopda Rizal, anggota Pos Yety mengaku sudah dua hari terjangkit malaria. Hal itu membuat dirinya harus dipasang cairan infus.
"Sudah dua hari saya diinfus, dan sudah habiskan 4 cairan Ringe Laktat (RL), ya sudah lebih baik," katanya sembari memegang cairan infus.
Diketahui, wilayah perbatasan Papua dan Papua Nugini adalah wilayah Endemik Malaria yang ditularkan melalui nyamuk Malaria. Bagi warga Papua terserang Malaria menjadi hal yang lumrah, bahkan telah memiliki imunitas atas parasit tersebut, namun berbeda bagi orang yang baru pertama kali di Papua, terlebih jika masuk di wilayah pedalaman atau pinggiran Papua, maka parasit ini akan sangat berbahaya jika lambat penanganan.
(Khafid Mardiyansyah)