TAMIL NADU - Enam pria dijatuhi hukuman mati di India atas pembunuhan "kehormatan" kepada seorang pria yang berasal dari kasta rendah, Dalit, yang menikahi seorang wanita dari kasta yang lebih tinggi. Di antara mereka yang dijatuhi hukuman mati adalah ayah dari wanita tersebut. Sementara dua orang lainnya dijatuhi hukuman seumur hidup dan lima tahun kurungan penjara.
Korban yang diketahui bernama Shankar (22) awalnya dirampok lalu dibunuh hingga tewas pada Maret 2016. Pembunuhan keji ini dilakukan hanya delapan bulan setelah dia menikahi wanita bernama Kausalya (21), seorang anggota kasta Thevar yang dominan di Tamil Nadu. Kausalya menderita luka di kepala namun selamat dari serangan tersebut saat ia berhasil berlindung di bawah mobil yang tengah diparkir.
Sebelas orang didakwa atas serangan tersebut dengan sebuah bukti rekaman kamera CCTV yang dipasang di sebuah toko terdekat. Ayah Kausalya, Chinnasamy; ibu Kausalya, Annalakshmi; paman Kaulsya, Pandidurai, dan seorang kerabat berusia 16 tahun tertangkap dalam rekaman CCTV tersebut sedang ikut merampok.
Pasangan yang merupakan mahasiswa di sebuah perguruan tinggi teknik di dekat Pollachi dan berusia 20-an, menikah pada Juli 2015 meski tak direstui oleh orangtua Kausalya. Setelah melangsungkan pernikahan, mereka langsung ke kantor polisi dan melaporkan bahwa hidup mereka kini dipenuhi rasa cemas.
"Sangat memuaskan bahwa persidangan diakhiri dengan cepat," kata Sekretaris Jenderal Nasional Perhimpunan Rakyat untuk Kebebasan Sipil dan Hak Asasi Manusia terbesar di India, V Suresh, dilansir dari The Guardian, Jumat (15/12/2017).
"Temuan yang jelas mengingat bahwa ini adalah pembunuhan 'kehormatan', yang dimaksudkan untuk membalas rasa penghinaan yang disebabkan oleh seorang Dalit karena berani menikahi seorang gadis 'kasta atas'. Mereka melakukan tindakan tersebut sebagai pencegah kesengsaraan masa depan karena penganut kasta supremasi," tambah Suresh.
Suresh menambahkan bahwa kebrutalan kasus ini, yang menjadi berita utama di seluruh dunia, menunjukkan bahwa hukuman mati tidak bisa dihindari.
Sekjen Suresh juga mengatakan bahwa ada kekhawatiran akan peningkatan insiden kejahatan kebencian dan pembunuhan ‘kehormatan’ yang mencerminkan standar masyarakat tentang diskriminasi kasta dan permusuhan. Hal tersebut juga menunjukkan kegagalan negara untuk membawa perubahan pola pikir untuk menerima nilai egaliter, prinsip keadilan, dan menuju masyarakat yang tidak memiliki kekuasaan.
Sementara jarang seorang anak perempuan bersaksi melawan orangtuanya. Kausalya adalah saksi kunci dalam persidangan kasus pembunuhan tersebut. Ibu, paman, dan seorang kerabat Kaulsya dibebaskan dibebaskan karena kurang kuatnya bukti.
Setelah vonis tersebut, Kausalya mengatakan bahwa dia akan mengajukan banding atas pembebasan saudara-saudaranya tersebut.
"Saya juga akan melanjutkan pertarungan saya untuk sebuah undang-undang yang menangani kasus pembunuhan 'kehormatan'. Baru saat itulah Shankar akan mendapatkan keadilan," ujar Kausalya.
Serangan terhadap orang Dalit di India di negara bagian Tamil Nadu menyentuh angka 6%, menurut angka yang dikeluarkan oleh National Crime Records Bureau. Pada 2016, 1.291 kasus semacam itu dilaporkan di negara bagian tersebut. Menurut hukum India, pengadilan tinggi Madras harus meratifikasi hukuman mati, menyusul permintaan banding yang tersedia bagi narapidana.
(pai)
(Rifa Nadia Nurfuadah)