Makam "Orang Sakti" yang Penuh Misteri di Banyumas Sering Jadi Tempat Ritual

, Jurnalis
Sabtu 20 Januari 2018 07:56 WIB
Pengendara melintas dekat Makam Ragasemangsang di Banyumas (Sucipto/Okezone)
Share :

BANYUMAS – Makam kecil di Jalan Ragasemangsang, Banyumas, Jawa Tengah bukan saja menyedot perhatian, tapi juga kerap dijadikan warga sebagai tempat ritual. Sesaji berupa dupa, air dan bunga-bunga sering diletakkan di makam berada dalam RT 03 RW 05 Kelurahan Sokanegara itu.

Ketua RT 03, Karto Suwito (73) Karto Suwito mengaku, sering melihat orang-orang datang ke makam “orang sakti” yang terletak dekat Kompleks Pendopo Bupati Banyumas itu pada malam hari, untuk memberi sesaji dan melakukan ritual. Dia tak tahu apa maksud dan tujuan orang-orang itu.

Tapi, ritual orang di makam Ragasemangsang itu tak mengganggu aktivitas warga yang sering lalu lalang di jalan kota tersebut.

Makam Ragasemangsang riwayatnya kini masih misteri. Namun, orang-orang percaya bahwa kubur itu tempat peristirahatan “orang sakti”. Riwayat dan namanya masih simpang siur.

Ada dua kisah asal muasal makam itu yang berkembang dari cerita rakyat.

Karto Suwito menjelaskan bahwa makam Ragasemangsang sudah ada sejak ia pindah ke sana pada 1962, saat masih kelas 3 SD.

Sebagian warga percaya bahwa jasad di balik makam itu orang yang memiliki pancasona, ilmu kebal yang tumbuh di tanah Jawa. Orang yang memiliki ilmu itu jika terluka akan sembuh seketika. Pemilik ajian ini bisa mati hanya jika ia tidak menyentuh tanah.

Orang sakti itu kemudian bertarung dengan Kiai Pekih, yang konon adalah tokoh masyarakat yang hidup di lingkungan yang sama. Karena dianggap meresahkan, Kiai Pekih kemudian bertarung dengan orang sakti pemilik ajian pancasona itu.

Karena mengetahui kelemahannya, Kyai Pekih mengalahkan orang sakti itu dengan menggantungnya di sebuah pohon besar. Warga yang melihat hal tersebut kemudian menyebut sosok yang tergantung itu sebagai Ragasemangsang.

Dalam bahasa Jawa, Raga artinya tubuh atau jiwa, sedangkan semangsang artinya menyangkut atau menyangsang.

"Menurut cerita orang sini, karena kesaktiannya itu dan takut terjadi apa-apa, tempat Ragasemangsang mati tidak diapa-apakan dan dibuat makamnya," ujar Karto.

Sedangkan makam Kiai Pekih ada di gang sebelah barat pendopo Bupati Banyumas. Seolah kedua makam itu menjadi pengingat tentang kebajikan melawan kejahatan di pusat kota yang dijuluki Kota Satria itu.

Versi kedua yang berkembang di masyarakat berlatar masa perjuangan melawan penjajah. Namun, tidak pula jelas penjajah mana yang berkuasa saat itu.

"Waktu masa penjajahan, ada pejuang yang terjun payung. Tapi dia tewas tersangkut di pohon," katanya.

Sebagai penghargaan atas jasa pejuang, maka tempatnya menghembuskan napas terakhir dijadikan makam dan dirawat. Dari pejuang tersebut tidak ditemukan data diri. Oleh sebab itu, masyarakat menyebutnya sebagai Ragasemangsang.

Sekitar tahun 1962, Karto bersaksi bahwa makam Ragasemangsang tidak berada di tengah jalan pertigaan seperti sekarang. Dahulu, letaknya ada di tepi jalan kecil yang belum diaspal.

Sekitar 1963-1964, terjadi perluasan jalan di sekitar makam Ragasemangsang. Karena melihat makam itu menjadi misteri dan diberi penghargaan khusus oleh masyarakat terdahulu, akhirnya makam itu tidak dipindahkan. Meskipun pada akhirnya makam itu berada persis di pertigaan jalan.

Kepala bidang pariwisata Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas, Deskart Sotyo Jatmiko mengatakan bahwa tidak ada catatan pasti tentang kisah Makam Ragasemangsang.

Cerita-cerita rakyat, menurutnya, tidak bisa bertahan karena adanya perpindahan dan pembangunan kota tidak diiringi dengan pencatatan dan penelitian.

"Mitologi dan kisah-kisah itu tidak bertahan karena ceritanya terputus. Pewaris kisahnya tidak jelas dan tidak ada juru kunci," katanya

 

(Salman Mardira)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya